Iman Kristen
_oOo_
Ketika seorang Kristen sungguh-sungguh memikirkan imannya, tentu ia akan segera menyadari adanya perbedaan yang sangat menyolok antara iman Kristen yang dimiliknya dengan iman orang lain yang non-Kristen. Tapi, bagaimanakah ia menjelaskan perbedaan itu?
Pertama. Tentulah ia menemukan bahwa iman Kristen tidak didasari oleh perbuatan-perbuatan baik. Bagi kita, orang Kristen, iman bukanlah perbuatan, melainkan anugerah Allah. Paulus berkata, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,” Efesus 2:8.
Kedua. Tentu ia juga menemukan bahwa iman Kristen tidak mendasari perbuatan-perbuatan baik. Bagi orang Kristen, perbuatan baik mereka didasari oleh buah-buah Roh Kudus (Galatia 5:22-26). Artinya, bagi orang Kristen, Allah adalah Dia yang selalu menjadi subjek dari perbuatan baik. Dalam hal ini, perbuatan baik orang Kristen adalah suatu upaya “working out” (mengerjakan sesuatu yang telah diberikan kepadanya – Fil 2:12-13), dan bukan upaya “working for” (untuk membuktikan kemampuan dirinya sendiri dalam berbuat baik). Dengan demikian, perbuatan baik orang Kristen adalah “suatu respon” setelah menerima pembenaran, bukan “suatu upaya” untuk dibenarkan.
Ketiga. Tentu ia merasakannya bahwa iman Kristen berdiri tegak pada suatu proses “yang mengalami jatuh-bangun” di mana Roh Kudus menuntun dan membentuk orang-orang Kristen menjadi serupa dengan gambar Kristus (Roma 8:29). Proses jatuh-bangun ini adalah suatu perjalanan di mana orang Kristen bergerak linear (lurus) menuju satu tujuan yaitu Kristus. Sedangkan iman yang lain (non-Kristen) bergerak cyclical (berputar-putar kembali pada dirinya sendiri). Artinya, dengan imannya, orang Kristen akan menemukan kebenaran Allah yang berada di luar dirinya, sedangkan orang non-Kristen dengan imannya akan menemukan kebenaran batiniah yang pada dasarnya sudah ada di dalam diri setiap manusia (lewat ketulusan hati dan kemurnian batin).
Keempat. Tentu ia merasakannya bahwa iman Kristen dimulai dari pengakuan bahwa dirinya berdosa dan tak ada satu unsur kebaikan pun pada dirinya yang dapat ikut andil dalam keselamatan jiwanya, oleh sebab itu ia harus menerima anugerah Allah yang khusus (special revelation). Hal keempat ini disebut sebagai realita kelahiran baru dalam Roh Kudus (Yoh. 3:3-13).
Bagaimanapun, kita sungguh bersyukur memiliki iman Kristen, dan tentu kita akan bersukacita karena kita mampu menjelaskan tentang iman Kristen kepada orang-orang di sekitar kita.
Terpujilah Kristus. Amin.
[ Gogona Gultom]