Damai Sejahtera Di Dalam Tuhan
_oOo_
Suasana damai sejahtera adalah syarat mutlak, atau harus ada, sebagai pondasi utama, agar seluruh gerak kehidupan kita dapat berlangsung dengan baik. Bagaimanakah Anda mereka-reka suasana damai sejahtera yang Anda butuhkan agar gerak kehidupan sehari-hari Anda dapat berlangsung dengan baik? Pernahkah Anda mereka-reka itu dengan melihat kepada firman Tuhan?
Dalam situasi terancam di bunuh oleh Absalom, anak kandungnya sendiri, Daud mereka-reka damai sejahtera yang dibutuhkannya saat itu. Daud berkata, “Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada TUHAN,” Mazmur 40:4. Nyatanya bagi Daud, damai sejahtera itu adalah kebersamaannya dengan Tuhan, di saat ia menaikkan puji-pujian dengan nyanyian baru dalam suasana ibadah yang menyegarkan dan menguatkan hati. Daud bahkan berkata, “Berbahagialah orang, yang menaruh kepercayaannya pada Tuhan,” ayat 5.
Banyak orang mereka-reka damai sejahtera yang dibutuhkannya dengan ukuran perolehan hasil usaha sepanjang satu hari penuh. Damai sejahtera itu mereka sandarkan pada ketercukupan akan makanan, kesehatan yang baik, kesenangan mata, kesuksesan anak, kenyamanan teknologi, dan seterusnya. Lalu mereka pamerkan damai sejahtera itu di media-media sosial sambil menulis, “puji Tuhan”.
Lihatlah, nyatanya damai sejahtera tidak Daud sandarkan pada “korban sembelihan, korban sajian, korban bakaran, dan korban penghapus dosa,” ayat 7. Artinya, bukan Daud sandarkan pada apa yang dapat ia berikan kepada Tuhan, melainkan disandarkannya pada kebersamaannya dengan Tuhan. “Aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku,” ucap Daud, ayat 9. Daud sadar, damai sejahtera yang sejati ada pada kebersamaannya dengan Tuhan, itulah maka ia terfokus pada nyanyian baru dalam mulutnya yang memuji Tuhan.
Dunia ini menawarkan konsep damai sejahtera yang bersandar pada upaya manusia dan hidup tanpa masalah. Namun itu hanya dusta, nyatanya setiap saat di kehidupan dunia ini adalah persaingan jahat dan masalah demi masalah. Daud sadar, dosa dan kesalahan yang mengelilingi hidupnya membuatnya senantiasa berada dalam masalah, ayat 13. “Tidak ada damai sejahtera yang bersumber dari dunia ini,” pikir Daud, “damai sejahtera yang sejati hanya datang dari rahmat, kasih, dan kebenaran Tuhan,” ayat 12.
Kesejahteraan yang dibangun oleh anak-anak Allah bukan berarti hidup tanpa masalah, melainkan hidup yang berjalan bersama-sama dengan Allah. Kita adalah anak-anak Allah, kesukaan yang paling tertinggi bagi kita adalah datang kepada Bapa, Allah kita.
Terpujilah Kristus. Amin.
[ Gogona Gultom]