Apakah peran Roh Kudus dalam pengudusan orang percaya?

_oOo_
 
Bahwa segala yang baik, benar, dan indah bahkan dalam diri orang tak beriman adalah karya Roh Kudus sebagai anugerah umum yaitu anugerah yang diberikan kepada setiap orang. Yak. 1:17 berkata bahwa setiap pemberian baik menurut Allah diturunkan dari atas (Bapa), jadi Bapa yang memberikan.
 
Aplikasi yang dapat kita pelajari adalah Roh Kudus tidak hanya bekerja dalam hal-hal supranatural, tetapi dalam hal sehari-hari dan bagaimana seharusnya kita memandang dan bersikap terhadap diri dan alam ciptaan Tuhan yang lain. Pada sesi ini juga diputarkan film yang menunjukkan kekaguman kita akan ciptaan-Nya yang luar biasa (tak terpikirkan) dan bagaimana Roh Kudus bekerja dalam segala hal.
 
Roh Kudus memampukan seseorang untuk mengasihi ayahnya, Roh Kudus memakai seorang anak di Papua menjadi berkat bagi orang lain di sana, Roh Kudus juga menciptakan keanekaragaman dalam dunia ini, seperti ikan salmon yang ajaib dalam bertelur dan juga bagaimana Roh Kudus menyadarkan saya yang tadinya berpikir bahwa bekerja sebagai sushi chef dan berhubungan dengan keindahan dalam menata makanan adalah karena kemampuan saya, tetapi dalam sesi ini Roh Kudus mengingatkan bahwa Dia yang memampukan saya untuk bekerja sebagai chef, bukan karena keahlian saya. Roh Kudus yang memampukan saya untuk melakukan tugas sebagai Chef.
 
Orang Kristen sering terjebak dalam paham Deisme yaitu Allah hanya bisa menciptakan, setelah itu Allah tidak campur tangan lagi atas ciptaan-Nya. Pekerjaan Roh Kudus bermacam-macam, kalau Dia bekerja di daerah Mesir, bukan berarti Dia tidak bekerja di Afrika, bukan berarti Dia tak bekerja di Rusia, bukan berarti Dia tidak bekerja di Arab, bukan berarti Dia tidak bekerja di sebuah desa di Kalimantan. Intinya pada saat yang bersamaan, Dia dapat bekerja di mana saja. Pertanyaannya adalah apakah kita mau meluaskan pekerjaan Roh Kudus atau membatasi cara kerja Roh Kudus.
 
Seringkali kita berpikir bahwa sesuatu yang menguntungkan kita baru dianggap mukjizat, tapi justru kesengsaraan/hal-hal yang tak enak itu adalah mukjizat, seperti air bah, Sodom dan Gomora, dll. Pikiran kita sangat picik, hanya mau yang enak bagi diri sendiri dan menganggap sebagai mukjizat Tuhan, tetapi tidak mau melihat kesusahan/masalah sebagai suatu mukjizat, justru itulah mukjizat karena pada waktu kita punya masalah, kita boleh diberi kekuatan oleh Roh Kudus bagaimana menghadapi masalah itu dengan bersandar pada-Nya.
 
Kalau seseorang bisa melakukan mukjizat kesembuhan, kenapa dia tidak datang ke Rumah Sakit untuk menyembuhkan orang-orang yang kesusahan, tetapi seolah-olah kesembuhan hanya dilakukan untuk orang-orang yang kaya. Ini tentunya ada motivasi yang tidak benar di balik penyembuhan ini, mungkin motivasi yang bisa menguntungkan dirinya supaya bisa terkenal, dapat uang berlebihan, dsb. Roh Kudus dipakai oleh seseorang untuk melakukan kehendaknya sendiri. Begitupun kita, seringkali kita mengatur Roh Kudus untuk melakukan apa-apa yang kita ingini, bukan sebaliknya yaitu kita melakukan apa yang yang Dia ingin kita lakukan.
 
Ingat bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan buat kita, artinya Allah bekerja baik melalui kesembuhan maupun tidak, baik melalui mukjizat atau tidak, karena kita percaya bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal. Justru kita yang seringkali tidak menyadari Roh Kudus bekerja dalam diri kita, kita mendukakan Roh Kudus.
 
Adapun tujuan dari mukjizat hanya satu yaitu untuk menunjukkan siapa Kristus, bukan untuk kemulian diri sendiri, janganlah kita mencuri kemulian Tuhan, Dia tidak senang. Kalau orang dapat melakukan mukjizat tetapi tak mengenal Kristus, maka ada sesuatu yang salah. Ingat, mukjizat itu adalah untuk mengerjakan apa yang Tuhan mau, bukan yang kita mau.
 
Begitupun dengan memilih gereja, kita sering memilih gereja berdasarkan selera seperti kita memilih makanan di restauran, bukan berdasarkan kebenaran Firman Tuhan. Gereja yang benar adalah gereja yang mengajarkan Firman Tuhan (Alkitabiah), adanya persekutuan yang harmonis dan adanya saling melayani satu dengan yang lain, tanpa memandang seseorang kaya atau tidak. Ingat mengunjungi gereja tidak sama dengan bergereja.
 
Sebaliknya apa sebenarnya yang Tuhan mau kita cari? Pertama adalah prinsip-prinsip Tuhan/makanan rohani; kedua adalah kesempatan untuk melayani/persiapan untuk melayani; ketiga adalah diakonia/koinonia dan keempat adalah marturia.
 
Semua hal di atas adalah bagaimana kita menyembah Roh Kudus yang menimbulkan kesadaran akan kehadiran Roh Kudus dalam kehidupan sehari-hari. Itu adalah karya umum Roh Kudus yaitu untuk seluruh ciptaan ini.
 
Nah, bagaimana kita sebagai umat pilihan melihat karya Roh Kudus. Kita harus tahu bahwa Allah menciptakan seluruh isi dunia, termasuk kita adalah karya umum dari Roh Kudus, tetapi di dalam ciptaan-Nya ada umat pilihan. Kalau kita sebagai umat pilihan, maka ada dua hal yang kita lihat yaitu pertama, melihat Roh Kudus sebagai sang Pencipta dan kedua, melihat Roh Kudus sebagai sang Pengudus. Ingat dalam hal common grace, anugerah itu sama bagi semua orang, tetapi dalam special grace hanya umat pilihan saja yang mendapatkannya.
 
Dia disebut kudus, bukan hanya menguduskan saja, tetapi mengkhususkan. Menjadi kudus adalah menjadi serupa Kristus (The S-M-I-L-E principle (John Stott)). Menjadi serupa Kristus adalah tujuan Allah bagi umat pilihan-Nya. Di dalam proses itu, kita sering mendapat diri kita adalah orang-orang berdosa. Kenapa Tuhan, kita masih jatuh dalam dosa?
 
Manusia berusaha menguduskan diri sendiri, seperti dengan cara ketekunan beragama (baca Alkitab, mengikuti kebaktian berkali-kali, dll). Mereka berpikir menjauhkan diri dari dunia membuat mereka bisa menyelesaikan masalah dosa, tetapi jelas-jelas hal ini tidak bisa (semua hanya takhyul/irrasional). Coba bayangkan waktu kita menyelesaikan dosa dengan rajin baca Alkitab, rajin memberi persembahan, menjadi anggota gereja dll; kita anggap bahwa hal ini akan menyelesaikan dosa kita (ini takhyul dan ingat Tuhan tidak bisa disogok) dan ujung-ujungnya kita pikir dengan perbuatan keagamaan kita akan membawa kita masuk surga.
 
 
Konon John Wesley mendapat penglihatan. Ia di bawa ke gerbang Surga dan karena berhasrat untuk mengetahui siapakah orang-orang yang telah diperkenankan masuk, ia bertanya kepada malaikat: “Apakah ada orang-orang Presbiter di sini?” “Tidak, tak seorangpun,” jawab malaikat itu dengan singkat. Apakah ada orang-orang Episkopal? Ia bertanyan sesaat kemudian. “Tak seorangpun,” jawab malaikat dengan cepat. Wesley menjadi pucat. Ia hampir tak berani untuk mengajukan pertanyaan berikutnya. “Nah kalau begitu,” pendiri Metodisme ini melanjutkan pertanyaannya, “berapa banyakkah orang Metodis di sini?” “Tak seorangpun juga,” jawab malaikat. Dan hati Wesley jadi putus asa. “Nah jika demikian, siapakah yang ada di sini?” seru Wesley yang cemas. “Hanya himpunan dari orang-orang yang mengasihi Tuhan,” jawab malaikat itu dengan tenang. Kemudian Wesley diantar di dalam penglihatannya menuju ke alam keputus-asaan. “Adakah orang Presbiter di sini?” ia bertanya dengan hasrat untuk mengetahui penduduk neraka. “Banyak sekali,” sambut penunggu gerbang. Wesley jadi bingung. Orang-orang Episkopal? “Banyak sekali” jawab roh jahat itu dengan gembira. “Apakah ada orang-orang Metodis di sini?” “O, ya banyak sekali.” Wesley tertegun. Tak ada seorang Metodis di Surga dan banyak di neraka. Apa artinya ini? “Nah,” seru Wesley akhirnya, “Apakah ada orang-orang di sini yang mengasihi Tuhan?” Tak seorangpun. Tak ada seorang juga di sini yang mengasihi Tuhan.1Oswald J. Smith, Keajaiban Anugerah, terj. A. J. Syauta (Jakarta: Immanuel, 1977), 90-91.
 
 
Jadi bukan orang-orang yang melakukan kegiatan keagamaan, memberi sedekah, orang beragama Kristen, memberi persembahan yang banyak, perpuluhan, rajin membaca Alkitab/berdoa, dsb yang akan masuk ke dalam kerajaan Surga, tetapi berdasarkan cerita Wesly: hanya orang-orang yang mengenal Tuhan dan mengasihi Tuhan serta percaya dengan sungguh-sungguh bahwa Kristus saja yang dapat menyelamatkan.
 
Jadi apakah bisa usaha-usaha manusia untuk menyelesaikan dosa? Tidak bisa! Lalu bagaimana cara Allah untuk mengatasinya:
 

ROH KUDUS MEMBAPTIS KITA KE DALAM KRISTUS

 
ROMA 6:1-4; 11-14
[ 1 ] Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? [ 2 ] Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? [ 3 ] Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? [ 4 ] Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.
 
[ 11 ] Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus. [ 12 ] Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. [ 13 ] Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran. [ 14 ] Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.
 
 
Dalam bahasa Yunani, ada perbedaan dari LAI, dalam bahasa aslinya ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu kata bapto vs baptize – En (di dalam) dan Eis (ke dalam).
 
Bapto vs Baptize, diterjemahkan oleh LAI sebagai “baptis,” tetapi sebenarnya berbeda. Pemakaian kata bapto ini seperti diilustrasikan sebagai berikut: seperti sayuran yang kotor dicelupkan ke air untuk dibersihkan dari kotoran, tetapi sayur-sayurnya tak berubah dan temporer (dicelupkan, diangkat, dipotong-potong). Lalu dicelupkan untuk yang kedua kalinya ke dalam air garam dan proses inilah disebut baptize. Jadi bapto bersifat temporer dan hanya level permukaannya saja yang bersih, tetapi baptize bersifat permanen dan dibersihkan sampai level kedalamannya (bukan hanya permukaan). Kalau kita telah dibaptiskan dalam Kristus berarti sifatnya permanen (perubahannya esensial).
 
En (di dalam) vs Eis (ke dalam). Perubahan dalam Kristus bisa terjadi di dalam dan luar. Tetapi kalau kita sudah dibaptis ke dalam Kristus (mati bagi dosa), bagaimana bisa kita menyenangi lagi untuk balik ke dalam dosa, tapi ini merupakan sebuah proses yaitu kita menyingkapkan dosa yang tidak kita sadari.
 

ROH KUDUS MEMAMPUKAN HIDUP KITA (ROMA 8:5-9)

Kita mengerti pasal 9 sebagai Already but not yet, artinya we are already saved, but not yet perfected. Oleh karena itu kita memerlukan proses sanctification yaitu merupakan sebuah proses “Day 0” seperti kita menjalani kehidupan sehari-hari bersama Tuhan, misal hari 1, 2, 3, … , 20 kita hidup dalam Tuhan. Tetapi pada hari ke 21, kita jatuh dalam dosa. Pada saat itu, proses dimulai lagi dengan nol, maka hari itu disebut Day 0 bangkit dari dosa. Tetapi kalau tidak jatuh/bangun maka kita tak akan bertumbuh. Allah tahu kita akan mengalami kesulitan, kenapa? Karena kita hidup dalam kemudahan. Dalam proses ini Roh Kudus memimpin hidup kita, seperti ranting-ranting pada pohon yang dibersihkan terus, seperti bayi yang ketakutan waktu diajak mandi, tetapi itu sebuah proses. Di tangan Allahlah kita dibersihkan dan dimandikan. Setiap kehidupan yang kita alami punya tujuan yaitu memuliakan Allah. Semakin cinta Tuhan, semakin tidak cinta dosa.
 
Ferguson mengatakan: He has sanctified himself for our sake, so that through union with the Holy One we might be made holy (Heb. 2:10-12), and through participation in the divine nature (i.e. his holiness) expressed in our humanity we might escape the corruption of the world caused by evil desire (2 Pet. 1:4).2Sinclair B. Ferguson, The Holy Spirit: Contours of Christian Theology (Downers Grove: Intervarsity Press, 1996), 143.
 
Dalam proses sanctification ini ada dua hal yang penting, pertama adalah mortification yaitu mematikan manusia lama kita yang penuh dengan dosa dan kedua adalah vivification (menghidupkan manusia baru), sesuatu yang positif yaitu berhenti berbuat dosa dengan pimpinan Roh Kudus.
 
Hidup baru kita ditandai dengan peperangan konstan antara hidup menurut daging dan hidup menurut Roh. Karl Bath mengatakan bahwa hidup kita adalah peperangan rohani, kita melawan dosa setiap saat/waktu. Sementara itu Spurgeon mengatakan, agar iblis tidak menganggu Anda, maka jadikanlah iblis sebagai teman Anda. Apa mungkin orang Kristen sejati tidak menderita? Orang-orang yang peka akan Roh adalah mereka yang tidak peka hidup di dunia, sebab kita rindu untuk hidup di rumah Bapa/Surga.
 
Jadi peran Roh Kudus dalam pengudusan adalah pertama, Roh Kudus membaptis kita ke dalam Kristus artinya bersatu dengan Kristus (Gal. 2:20), mati bagi dosa dan hidup bagi Kristus. Kedua, Roh Kudus memimpin hidup kita (Rm. 8:5-9) artinya hidup dalam Roh dan memikirkan hal-hal dari Roh.
 
[ Raymond BW ]
 
 
Notes
 
 
1
Oswald J. Smith, Keajaiban Anugerah, terj. A. J. Syauta (Jakarta: Immanuel, 1977), 90-91.
 
2
Sinclair B. Ferguson, The Holy Spirit: Contours of Christian Theology (Downers Grove: Intervarsity Press, 1996), 143.
 
 

 
© Gereja Rumah Indonesia
 
Gereja Rumah Indonesia
Contact Person: Sdr. Gogona
Email: grumah@gerejarumahindonesia.org
 
About  |   Visi  |   Misi  |   Disclaimer