Contents
------------------------------------
APA ARTI SEBUTAN “KRISTEN”?
_oOo_
Alkitab banyak bercerita tentang orang-orang religius yang berusaha untuk menyenangkan hati Allah dengan cara mereka sendiri. Religi menjadi seperti obat bius rohani yang membuat mereka tidak lagi peka terhadap kondisi mereka yang sesungguhnya yang masih rusak. Para nabi banyak mengecam bangsa Israel atas ibadah mereka yang penuh dengan kemunafikan, persembahan mereka yang tidak berkenan, bahkan mereka secara terang-terangan menyembah berhala. Bangsa Israel mengikut Allah hanya sebatas kegiatan rutinitas saja, mereka maunya berjalan sendiri, tak mau dipimpin Allah. Mereka adalah bangsa yang hanya mengaku percaya Allah hanya dibibir saja, tetapi hatinya jauh dari Allah. Yesus mengatakan kepada guru agama Yahudi bahwa ia harus dilahirkan kembali. Paulus menangis untuk saudara-saudaranya, orang Yahudi yang giat melayani Allah, namun tidak memiliki hubungan pribadi dengan Kristus. Petrus yang mengikut Yesus selama tiga tahun, tetapi masih hidup dalam dosa, ia menyangkal Yesus tiga kali, ia sombong dan merasa lebih hebat dibanding dengan murid-murid-Nya yang lain, ia secara lahiriah mengikut Yesus, tetapi ia tidak tahu siapa sebenarnya Yesus. Ia adalah murid Yesus, tetapi ia tidak mengenal-Nya dengan baik, tidak mengikuti ajaran dan teladan-Nya, serta tidak menikmati persekutuan yang erat dengan-Nya.
Pada jaman sekarang ini, banyak orang mengaku Kristen, tetapi kehidupannya tidak mencerminkan Kristus. Mereka mengaku Kristen hanya sebatas di KTP, tetapi kehidupannya sama sekali tidak mencerminkan teladan Kristus, bahkan mempermalukan Kristus dengan segala kegiatan religinya. Mereka berjalan ke mana mereka mau pergi, mereka berdoa, mereka beribadah di Gereja, mereka melakukan perbuatan-perbuatan baik, tetapi semuanya itu hanya kegiatan religi saja. Mereka mau disebut sebagai pengikut Kristus, tetapi mereka tidak mau hidup menderita seperti Kristus, mereka tidak mau meninggalkan zona nyaman, mereka masih mau berkubang dalam lumpur dosa (kesombongan, kemunafikan, keegoisan, kedengkian, pikiran kotor, cinta uang, dsb).
Sebutan Kristen untuk pertama kalinya diberikan kepada murid-murid di Antiokia (Kis. 11:26). Antiokia layaknya seperti kota modern sehingga menarik pendatang-pendatang dari daerah/negara lain. Barnabas, seorang yang penuh Roh Kudus bersam-sama Saulus mengajar banyak orang di Antiokia dan tinggal di sana selama satu tahun. Mereka tidak hanya mengajar mengenai Kristus, tetapi mereka mengajar dengan pimpinan Roh Kudus sehingga hidup Kristus boleh nyata dalam kehidupan mereka. Hal ini membuat penduduk Antiokia menjadi bingung, bagaimana mungkin orang Romawi yang dikawal oleh serdadu yang dahulunya tidak memperhatikan budaknya yang sakit, tetapi sekarang justru mengasihi budaknya; bagaimana mungkin orang Yunani yang dulunya hanya jago berfilsafat, tetapi sekarang menjadi orang yang bermurah hati; dan bagaimana orang Yahudi yang tadinya pelit, tetapi sekarang berubah total. Pengenalan akan Kristus yang benar telah mengubah mereka baik dalam bersikap, berkata, bertindak, dan lain-lain sehingga hidup mereka semakin hari semakin serupa Kristus. Penduduk Antiokia memberikan nama Christianoi (Kristus-Kristus kecil) untuk membedakan mereka dengan orang-orang lainnya. Jadi baik itu orang Romawi, orang Yunani, orang Yahudi, dan lainnya yang percaya kepada Kristus dipanggil dengan satu nama yaitu KRISTEN (pengikut Kristus). Sebutan Kristen ini tidak hanya terjadi di Antiokia saja, tetapi juga berkembang ke daerah-daerah lainnya, bahkan ke pejabat-pejabat tingkat tinggi di sana (Kis. 26:28). Kekristenan terus berkembang dan istilah ini juga telah dipakai oleh Rasul Petrus (1Pet. 4:16).
SIAPAKAH ORANG “KRISTEN” ITU SEBENARNYA?
Dari definisi Kristen di atas, maka akan timbul pertanyaan siapakah sebenarnya orang Kristen? Apakah cukup dengan mencantumkan Kristen di KTP membuat kita benar-benar menjadi pengikut Kristus? Apakah dengan menjadi Kristen, maka semua persoalan akan terhindar? Apakah dengan menjadi Kristen, maka kita sudah puas dan tidak mempunyai keinginan untuk menginjili orang lain yang belum diselamatkan? Apakah dengan menjadi Kristen, maka kita otomatis mengenal Kristus? Apakah dengan menjadi Kristen, maka kita otomatis menjadi anak-anak Allah?
Kita seringkali merasa puas dengan keberadaan diri sebagai orang Kristen, padahal menjadi Kristen itu tidak menyelamatkan, hanya iman dan percaya kepada Yesus Kristus itu yang menyelamatkan. Tetapi iman yang bagaimana yang menyelamatkan, yaitu “Faith that works” (iman yang melakukan).
-
Pertama, orang Kristen adalah orang yang percaya pada Kristus dan bukan sekedar ikut-ikutan (Yoh. 2:23-25). Percaya kepada Kristus bukan hanya ucapan bibir saja, tetapi lebih dari itu. Mereka percaya pada dirinya, tetapi Yesus tidak mempercayakan diri-Nya karena Ia mengetahui apa motivasi yang ada di dalamnya, hati yang ikut-ikutan saja.
-
Kedua, orang Kristen adalah orang yang datang bukan hanya sekedar beribadah dan memanggil Yesus “Tuhan Tuhan” tapi tidak melakukan kehendak-Nya (Mat. 7:21-23; Luk. 6:46). Bagaimana dikatakan kita mengenal Allah, tetapi kita tidak melakukan kehendak-Nya atau sebaliknya kita melakukan kehendak-Nya, tetapi hanya untuk menyenangkan diri sendiri, bukan memuliakan Allah. Oleh karena itu Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia tak mengenal kita walaupun kita melakukan berbagai mukjizat, mengusir setan demi nama-Mu karena kita melakukannya untuk kemulian diri kita sendiri. Hanya orang-orang yang melakukan kehendak Bapa-Ku, maka mereka mengenal Aku. Jadi hal ini mau menggambarkan adanya suatu hubungan/relasi yang sangat erat. Orang Kristen digambarkan seperti pohon anggur dan rantingnya di mana ranting-ranting ini (kita) harus menempel kepada Allah, sumber kehidupan kita.
-
Ketiga, orang Kristen adalah Christianoi (Kristus-Kristus kecil) yaitu orang-orang yang mempunyai compassion karena mereka mengikut Kristus dalam setiap aspek kehidupannya.
-
Keempat, orang Kristen adalah murid-murid Kristus. Menjadi murid-murid Kristus adalah mereka yang memfokuskan diri pada Kristus.
-
Kelima, orang Kristen adalah pengikut-pengikut jalan Tuhan (Kis. 22:4). Tuhan Yesus mencari “followers,” bukannya “fans.” Ia mencari orang-orang yang telah ditentukan untuk dipakai untuk menjadi alat-Nya tanpa memperdulikan apakah nantinya mereka akan menderita, bahkan mati untuk Kristus.
APA YANG MEMBEDAKAN MURID KRISTUS SEJATI?
Seseorang yang telah menjadi Kristen tidak akan membiarkan dirinya menjadi orang Kristen yang biasa-biasa saja. Seorang Kristen adalah seorang yang terus menerus mau belajar dari Kristus dan membiarkan dirinya diproses sedemikian rupa oleh Kristus sehingga menjadi murid Kristus sejati. Ciri-ciri murid Kristus yang sejati adalah:
-
Mereka menerima panggilan anugerah Allah.
Semua orang bisa mengikut Tuhan, tetapi tak semua orang dipanggil untuk mengikuti Dia dengan benar-benar. Jadi mengikut Yesus harus ada panggilan terlebih dahulu, mungkin meniru-niru bisa, tetapi untuk sungguh-sungguh tidak bisa (Yoh. 15:16). Panggilan itu adalah anugerah karena tak semua orang dapat, hanya orang-orang yang ditentukan. Bagi dunia mengikut Yesus adalah suatu kebodohan, bagi orang Yahudi mengikut Yesus adalah memalukan-buat apa mengikut Kristus yang disalibkan, mengikut Yesus yang bangkit dari mati tidak masuk akal. Tetapi hanya dengan anugerah-Nya kita menerima panggilan-Nya dengan iman.
-
Mereka menerima panggilan untuk mentransformasi diri.
Tuhan memanggil seseorang dengan berbagai cara, tetapi Ia tidak pernah lupa untuk memanggil orang-orang yang sudah ditetapkan-Nya. Kita semua yang telah dipanggil oleh anugerah Allah selanjutnya akan menerima panggilan untuk mentransformasikan diri. Seperti kata Yesus kepada Petrus bahwa Dia akan menjadikannya sebagai penjala manusia dan menghasilkan buah-buah Roh. Dalam Luk. 5:1-11 dikatakan bahwa Petrus, seorang yang ahli dalam ilmu perikanan akhirnya dirubah oleh Yesus. Petrus adalah seorang nelayan sejati, ia tahu kapan waktunya menangkap ikan, ia tahu daerah mana yang paling banyak ikannya, ia tahu di mana ikan-ikan berkumpul, ia tahu segalanya mengenai perikanan, tetapi dikatakan walaupun ia tahu taktik untuk menangkap ikan, ia tidak mendapatkan ikan satupun. Tetapi Yesus menyuruh Petrus untuk menebarkan jala ke tengah dan pada siang hari yang notabene bukan waktunya yang baik untuk menangkap ikan dan Petrus tidak memberi seribu satu alasan kepada Yesus. Ia taat dan melaksanakan kehendak-Nya dan setelah itu ia mendapat ikan banyak. Petrus menerima panggilan dari Yesus dan ia mau taat kepada-Nya dan dengan ketaatannya itu membuat dirinya jatuh tersungkur di depan kaki Tuhan dan merasa dirinya adalah orang berdosa, kotor, jijik dan ia berkata pada Yesus untuk menjauhinya. Ketaatan Petrus untuk menerima panggilan-Nya membuat ia sadar akan keberdosaannya dan bagaimana ia yang berdosa bertemu dengan Yesus yang maha suci dan kudus yang lalu disebut Tuhan olehnya. Itulah bagaimana Petrus menerima panggilan terlebih dahulu mentransformasikan dirinya dan akhirnya ia menjadi penjala manusia.
Begitupun kita sebagai murid-murid yang sejati akan menerima panggilan-Nya untuk terlebih dahulu mentransformasikan diri kita. Yesus akan menjadikan kita sebagai penjala manusia seperti Petrus dan menghasilkan buah-buah Roh. Datang ke Gereja tidak menjadikan kita sebagai seorang Kristen, berpakaian koboi tidak menjadikan kita sebagai seorang koboi, duduk di atas sapi tidak menjadikan kita gembala, datang ke masjid tidak menjadikan seseorang muslim. Itu semua hanya rutinitas saja, jadi kita memerlukan transformasi yang seperti Yesus katakan pikul salib, menyangkal diri, lalu ikutlah Dia, seperti murid-murid Yesus.
-
Pertama, menjadi seorang murid sejati rela untuk memikul salib, rela untuk menderita bersama-sama Kristus, seperti kata Yesus bahwa srigala mempunyai liang untuk tidur, tetapi Dia tak mempunyai tempat bahkan untuk meletakkan kepala-Nya. Mengikut Yesus bukanlah kesenangan yang diperoleh seperti orang-orang Kristen (termasuk hamba Tuhan) sekarang ini yang hanya mau mengikut-Nya kalau enak, diberkati dengan materi (teologi kemakmuran), beribadah di Gereja besar, mempunyai kedudukan di Gereja, tetapi mereka lupa pada suatu saat Tuhan berkata bahwa Dia tidak mengenal mereka. Yesus terlebih dahulu memberitahu kepada kita bahwa mengikut Dia akan ada banyak masalah terjadi, kita akan dibenci/dicerca oleh orang lain, kita akan disingkirkan, kita akan dibuang bahkan kita akan mati. Itulah seorang murid sejati yang mau memikul salib.
-
Kedua, menjadi murid yang sejati adalah seseorang yang siap untuk menyangkal diri artinya sekarang hanya Yesus saja yang dipermuliakan dan bukan diri kita. Penyangkalan diri dimulai dari dalam diri kita, bagaimana kita benci/jijik akan dosa-dosa kita lagi: dulu kita suka gossip, tetapi sekarang suka mengabarkan injil; dulu cinta uang, tetapi sekarang menjadi saluran berkat bagi orang lain; dulu hobi nonton/sport, tetapi sekarang banyak luangkan waktu untuk membaca Firman Tuhan dan peka akan Roh Kudus; dulu suka marah, sekarang suka tersenyum; dulu suka mendiskriminasikan orang (membedakan kaya/miskin di gereja), tetapi sekarang mengasihi semuanya; dulu suka berpikiran kotor/cabul/terikat dengan porno, tetapi sekarang karena anugerah-Nya memikirkan perkara-perkara yang di Surga, dan seterusnya. Di sini ada dua proses sanctification, yang pertama adalah kematian manusia lama kita (membenci dosa) dan kedua adalah bangkitnya kehidupan manusia baru yaitu hidup yang mencintai Tuhan. Waktu kita dijadikan oleh Kristus, kita dijadikan sebagai orang-orang yang mencintai Allah dan dicintai apa yang Allah cinta. Kita akan benci dosa dan membenci apa yang Tuhan benci. Jadi kita harus mentransformasikan diri kita dari dalam dengan pimpinan Roh Kudus. Bukan perubahan superficial yaitu perubahan yang hanya ada dipermukaan saja, tetapi justru di dalam kita tidak ada perubahan, ini transformasi diri yang salah. Pertobatan yang sejati adalah bukan ditandai kita melarikan diri dari dosa-dosa besar, tetapi ditandai denga mencintai Tuhan dan orang-orang yang dicintai Tuhan. Kalau kita mencintai Tuhan, maka kita akan benci dosa.
-
Ketiga, menjadi murid sejati adalah seseorang yang mau mengikut Dia. Petrus lalu meninggalakan jala-nya dan mengikuti Yesus. Perjalanan mengikut Yesus merupakan suatu proses, perubahan ini tidak instant. Petrus banyak jatuh bangun, ada saat di mana ia berkata bahwa ia mencintai Tuhan, tetapi ia menyangkal Tuhan; ada saatnya ia masih menjadi orang yang arogran/pemarah ketika ia berusaha membela mati-matian Yesus di Taman Getsemani memotong telinga Malkus, prajurit Romawi; ada saatnya ia berbicara ceplas-ceplos, ketika Tuhan Yesus dipermuliakan di atas gunung dan di sana tampak Musa dan Elia dan Petrus berkata bahwa ia akan bangun tiga kemah. Petrus tidak mengerti bagaimana Yesus yang adalah Tuhan dapat dibandingkan dengan Musa dan Elia, ia hanya asal ngomong saja. Tuhan Yesus tahu bahwa Petrus dan kita akan jatuh, itulah suatu proses di mana kita selalu diingatkan agar kita tidak melarikan diri, merasa tidak berguna, menyalahkan diri sendiri, tetapi Tuhan mau kita belajar bahwa Tuhan mencintai kita. Tuhan mengatakan kepada Petrus tiga kali: apakah engkau mencintai Aku? Karena Ia ingin mensinkronkan akan penyangkalannya tiga kali. Begitupun dengan kehidupan kita yang Tuhan tahu bahwa kita akan jatuh tetapi janji Tuhan seperti dalam Yes. 1:18: “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.” Dan ia menangis oleh karena cinta yang diberikan Tuhan kepadanya. Hanya Tuhan yang bisa berkata: apakah engkau mencintai Aku, di dalam hatimu. Itulah karya Tuhan dan Ia ingin menjangkarkan karya Tuhan dalam hidup kita. Tuhan yang bisa memberi rasa cinta itu kepada kita.
-
Mereka menerima panggilan untuk mentransformasi sekitarnya.
Setelah kita meneriman anugerah panggilan Tuhan dan panggilan mentransformasikan diri kita maka kita harus menerima panggilan untuk mentransformasi sekitarnya. Kita harus menjadi penjala manusia seperti yang Yesus katakana kamu akan Ku-jadikan (Mat. 4:18). Jadi Tuhan yang menjadikan kita sebagai penjala manusia dan bukan kita yang menyodorkan diri untuk menjadi penjala manusia. Tuhan menginginkan kita untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang besar. Pekerjaan besar berarti mengerjakan pekerjaan-pekerjaan Yesus dan arti yang kedua adalah mengerjakan pekerjaan-pekerjaan skala yang besar. Kalau dulu Yesus mengerjakan dengan tubuh inkarnasinya (tak bisa berada di mana-mana) tetapi dengan tubuh-Nya yang baru (Roh Kudus) sekarang Yesus bekerja di mana saja. Dia bekerja di Tokyo, Madrid, Lampung, Papua, Afrika, bahkan tempat-tempat terkecil di mana saja. Pekerjaan Kristus dilakukan dengan skala yang berbeda sehingga kita harus mentransformasikan hidup ini hanya pada Kristus, oleh karena itu pengikut Kristus sejati harus menyatakan Kristus melalui tindakan dan perbuatan, seperti surat Yak. 2:14-26 bahwa iman yang benar adalah “faith that works”/iman yang berbuahkan perbuatan.
MENJADI SERUPA DENGAN KRISTUS
Setelah seseorang menjadi murid yang sejati, maka kita harus menjadi semakin hari semakin serupa dengan Kristus (Rm. 8:28). Dipilih menjadi serupa dengan Anak-Nya sehingga ketika orang lain melihat kita, mereka melihat Kristus di dalam diri kita. 2Kor. 3:18 “…..diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemulian yang makin besar.” Mungkin kita dalam proses ini akan jatuh dalam dosa, tetapi kita harus bangkit kembali; jatuh lagi, bangkit lagi. Inilah kemuliaan yang makin besar. Di dalam proses ini Tuhan membersihkan muka kita yang tadinya terselubung dengan dosa, menjadi tak terselubung lagi dan akhrnya muka kita terpancar Kristus yang hidup dalam kita, 1Yoh. 3:2 “ …..menjadi sama seperti Dia…..” artinya suatu saat kita menjadi sama dengan Kristus.
Jadi, menjadi serupa Kristus adalah pertama, tujuan kekal Allah artinya kita ditentukan dari semula; kedua, tujuan historis Allah artinya kita ditransformasikan oleh Roh Kudus; dan ketiga, tujuan final eskatologi artinya kita akan menjadi serupa Kristus. Menjadi serupa Kristus nerupakan tujuan Allah bagi umatnya yaitu esensi pertumbuhan sejati yang Allah kerjakan dalam diri umat-Nya (1 Yoh 2:6). Ada lima point penting agar kita bisa serupa Kristus “The S-M-I-L-E” principle (John Stott):
-
Service
-
Mission
-
Incarnation
-
Love
-
Endurance
[ Raymond BW ]