MENGAPA YESUS DISEBUT KRISTUS?
 
_oOo_
 
Dalam pemikiran orang Yahudi pada waktu itu, Mesias (Kristus) adalah Anak Daud yang diurapi dan diberi tugas ilahi untuk menghancurkan pemerintahan kafir yang dibenci dan membebaskan umat Allah. Tetapi sebenarnya Kristus adalah gelar, bukan nama diri.
Yesus disebut Kristus, yang berarti “Yang Diurapi” karena Ia menggenapi pengharapan akan datangnya seorang Penyelamat dan biasanya istilah “yang diurapi” ini dikaitkan dengan nabi (prophets), imam (priests) dan raja (kings). Kristus disebut nabi karena Ia adalah yang mewakili Allah kepada manusia, disebut sebagai imam karena Ia adalah Imam Agung yang kekal menurut peraturan Melkisedek (Ibr. 7:17) dan disebut Raja karena Ia akan datang ke dalam dunia sebagai Raja yang akan menghakimi semua orang. Oleh karenanya dalam perjanjian lama, semua (nabi, imam, raja) diurapi dengan minyak yang fungsinya adalah menguduskan (Kel. 30:22-33).
Kristus ditetapkan untuk diurapi menerima jabatan-Nya sejak kekekalan, akan tetapi secara historis pengurapan-Nya terjadi ketika Ia diteguhkan dalam baptisan (Mat. 3:16; Mrk. 1:10; Luk. 3:22 dan Yoh. 1:32; 3:34). Pengurapan ini berlaku untuk memberikan kualifikasi bagi Yesus untuk melaksanakan tugas-Nya yang maha besar.1Louis Berkhof, Teologi Sitematika Vol. 3: Doktrin Kristus, terj. Yudha Thianto (Jakarta: LRII, 1996), 25.
Ada dua pengertian diurapi. Pertama, diurapi artinya panggilan/ketetapan Allah bagi seseorang untuk menjalankan fungsi/jabatan tertentu. Kedua, diurapi artinya menunjukkan janji dan penganugerahan karunia-karunia yang diperlukan untuk fungsi/jabatan tersebut contoh: Daud diurapi, Saul diurapi. Allah yang mengurapi artinya Allah yang memanggil dan Allah yang memberi karunia-karunia-Nya.
Dari dua definisi tersebut, maka Yesus diurapi karena Ia ditetapkan oleh Bapa sebagai pengantara (Yoh. 7:28) dan karena Roh Kudus menganugerahkan karunia-karunia yang tak terbatas kepada natur manusia Yesus untuk dapat menjalankan jabatan yang Allah kenakan kepada-Nya (Yoh. 3:34).
 
TIGA JABATAN KRISTUS
 
Yesus adalan pengantara antara manusia dengan Allah, oleh karena itu Yesus mempunyai tiga jabatan yang penting:
Pertama, Yesus sebagai Nabi. Dalam bukunya, Dasar-Dasar Iman Kristen, Boice mengatakan:2James Montgomery Boice, Dasar-Dasar Iman Kristen, terj. Lanna Wahyuni (Surabaya: Momentum, 2011), 333.
 
 
Kristus diakui sebagai nabi di Lukas 24:19. Dalam perikop itu, Yesus sedang menanyai keduabelas murid di Emaus tentang hal yang menggemparkan apa yang telah terjadi selama hari-hari terakhir di Yerusalem. Mereka menjawab bahwa peristiwa-peristiwa itu mengenai “Yesus orang Nazaret, adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa.”
 
 
Musa, yang mendirikan kedudukan nabi, mengumumkan kedatangan nabi yang lebih besar dari dirinya – Yesus Kristus (Ul. 18:15-18; Kis. 3:22). Nabi adalah seseorang yang mewakili Allah kepada manusia. Ia menerima kebenaran langsung dari Allah dan mengungkapkan kebenaran itu kepada manusia. Sebagai nabi, Yesus datang ke bumi dari sorga untuk menerangkan rahasia ilahi kepada kita.3Paul Enns, Approching God (Mendekati Allah: jilid 1), 236-237.
Dan tugas-Nya sebagai nabi adalah untuk menyatakan kehendak Allah kepada manusia, untuk memberikan hukuman Allah kepada umat-Nya yang melanggar, untuk melakukan penginjilan dan mengajar anak-anak Tuhan secara efektif dalam hati mereka melalui Roh Kudus. Nabi dipakai Allah hanya sampai batas waktu tertentu, tetapi Kristus sebagai nabi adalah untuk selama-lamanya.
 
Kedua, Yesus sebagai Imam. Tugas Yesus sebagai Imam Besar digambarkan dengan dua kata sifat (Ibr. 2:17), yaitu: Ia “setia” (faithful) dan Ia “menaruh belas kasihan” (merciful). Sebagai Imam Besar yang setia, Ia telah melaksanakan dengan setia peraturan yang dipercayakan kepada-Nya (3:6). Ia telah diuji dan didapati setia (2:18; 4:15; 5:8-10), sehingga salah satu keterangan tentang Yesus yang patut disimak ialah bahwa Ia “dalam segala hal telah dicobai, sama dengan kita, namun tidak berbuat dosa” (4:15). Sebagai Imam Besar yang menaruh belas kasihan. Ia telah menderita, sehingga Ia dapat menolong orang yang sedng dicobai (2:18). Ia mampu bersimpati dengan kelemahan manusia (4:15). Dari Dia kita menerima rahmat (mercy) dan kasih karunia (grace) pada waktu kita membutuhkannya (4:16).
Dan tugas-Nya sebagai Imam adalah untuk mengajar hukum-hukum Allah kepada manusia di dalam hati mereka melalui Roh Kudus, untuk mengajar ketaatan, untuk mempersembahkan diri-Nya sebagai korban tebusan bagi dosa-dosa dunia, melayakkan kita di hadapan Allah, menjamin doa kita didengar oleh Bapa dan untuk mengaplikasikan pengorbanannya bagi umat pilihan melalui Roh Kudus yang melahirbarukan mereka. Imam-imam lain menyembelih korban bagi orang lain guna menyucikan diri, tetapi Yesus adalah Imam yang tak bercacat, tak ditebus, karena Ia adalah penebus.
 
Ketiga, Yesus sebagai Raja. Perjanjian Baru dibuka dengan garis keturunan Yesus, menghubungkan-Nya dengan Daud (Mat. 1:1). Matius ingin memberitahukan kepada kita bahwa Yesus adalah keturunan Daud, dari suku para raja Yehuda. Daud adalah raja terbesar Israel, tetapi Allah menjanjikan keturunan yang lebih besar dari padanya.4Paul Enns, 240.
Dan tugas Yesus sebagai Raja adalah untuk memerintah gereja-Nya dengan Firman dan Roh Kudus, untuk melindungi dan memelihara orang percaya dari musuh-musuh, memperlengkapi kita dengan perlengkapan senjata rohani, melimpahkan karunia-karunia dan kemuliaan-Nya kepada gereja-gereja, membebaskan mereka dari segala kejahatan serta menaklukan dan menghukum musuh-musuh. Yesus adalah Raja dan sebagai seorang Raja, Dia juga adalah seorang gembala yang mengenal domba-domba-Nya, berbeda dengan gembala upahan yang tidak menjaga keselamatan domba-dombanya karena mereka bekerja dengan motivasi mendapatkan upah.
 
[ Raymond BW ]
 
 
Notes
 
 
1
Louis Berkhof, Teologi Sitematika Vol. 3: Doktrin Kristus, terj. Yudha Thianto (Jakarta: LRII, 1996), 25.
 
2
James Montgomery Boice, Dasar-Dasar Iman Kristen, terj. Lanna Wahyuni (Surabaya: Momentum, 2011), 333.
 
3
Paul Enns, Approching God (Mendekati Allah: jilid 1), 236-237.
 
4
Paul Enns, 240.
 
 

 
© Gereja Rumah Indonesia
 
Gereja Rumah Indonesia
Contact Person: Sdr. Gogona
Email: grumah@gerejarumahindonesia.org
 
About  |   Visi  |   Misi  |   Disclaimer