6. INJIL LUKAS DAN KESELAMATAN ISRAEL

_oOo_
 

a.    Nyanyian-nyanyian pujian.

Di atas kita katakan, bahwa Lukas – dalam Injilnya – bukan saja menggunakan bahasa Yunani yang indah, tetapi juga bahasa Yunani Septuaginta: bahasa Yunani yang dipakai dalam ibadah-ibadah di sinagoge. Hal ini sesuai dengan maksudnya, yaitu supaya Injilnya bukan saja dibaca oleh orang-orang kafir, tetapi juga oleh orang Yahudi. Sebab keselamatan, yang ia beritakan dalam Injilnya, adalah keselamatan yang universal: keselamatan untuk semua orang.
Hal ini telah kita singgung sebelumnya dalam nas-nas yang berkata-kata tentang keselamatan itu, tetapi mungkin tidak begitu sistimatis dan karena itu tidak jelas. Karena itu dalam bagian ini nas-nas itu kita mau kutip dan jelaskan sekali lagi, khususnya dalam hubungannya dengan keselamatan untuk Israel. Kita mulai dengan Lukas 1:46-55.
 
 
“Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.”
 
 
Nyanyian pujian (= magnificat) ini – seperti yang kita katakan tadi – telah pernah kita singgung sebelumnya, tetapi dalam suatu hubungan yang lain: dalam hubungan antara Allah dan orang-orang yang miskin.
Nyanyian ini terdiri dari dua bagian.
Dalam bagian pertama (ayat 46-49) Maria berkata-kata tentang dirinya dan tentang pilihannya sebagai wanita yang melahirkan Juruselamat umat manusia.
Bagian kedua (yang mulai dengan ayat 50) memuat puji-pujian kepada Allah. Dalam puji-pujian itu Maria mengagungkan Allah karena kuasa dan rahmatNya kepada Israel. Puji-pujiannya adalah pengucapan syukur dan kesaksian tentang karya-penyelamatan Allah dalam Kristus untuk segala bangsa, juga untuk Israel. Kesaksian yang sama kita juga baca dalam Lukas 1:68-79:
 
 
“Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya, Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu, - seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus – untuk melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita, untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek moyang kita dan mengingat akan perjanjian-Nya yang kudus, yaitu sumpah yang diucapkan-Nya kepada Abraham, bapa leluhur kita, bahwa Ia mengaruniai kita, supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut, dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup kita. Dan engkau, hai anakku, akan disebut nabi Allah Yang Mahatinggi; karena engkau akan berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya, untuk memberikan kepada umat-Nya pengertian akan keselamatan yang berdasarkan pengampunan dosa-dosa mereka, oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah kita, dengan mana Ia akan melawat kita, Surya pagi dari tempat yang tinggi, untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera.”
 
 
Juga nyanyian pujian (benedictus) ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama (sampai pada ayat 75) hampir menyerupai mazmur-mazmur Perjanjian Lama. Bagian ini dimulai dengan mengatakan, bahwa ada sesuatu yang terjadi: Tuhan ingat akan perjanjianNya (ayat 72), Ia melepaskan Israel dari musuh-musuhNya (ayat 71) dan Ia “menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan dalam rumah Daud” (ayat 68).
Apa yang Tuhan dahulu janjikan kepada umatNya – dan ucapkan sebagai sumpah kepada Abraham, bapak leluhur Israel (ayat 73) – sekarang mulai dipenuhi. Hal itu Zakharia jelaskan dalam bagian kedua dari nyanyiannya, yang berkata-kata tentang Yohanes sebagai bentara dari Mesias yang akan datang. Tugas Yohanes ialah: mempersiapkan jalan bagiNya (ayat 76). Ia buat dengan jalan memberikan “pengetahuan tentang keselamatan Allah” kepada umatNya, yang terdiri dari “pengampunan dosa-dosa mereka,” karena rahmatNya dan belas kasihan Allah Israel (ayat 77).
Kesaksian yang sama, tetapi dengan tekanan yang sedikit berbeda, kita juga baca dalam Lukas 2:29-32:
 
 
“Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.”
 
 
Apa yang Simeon nyanyikan dalam puji-pujiannya ini lebih dari pada suatu pengucapan syukur pribadi: matanya telah melihat keselamatan yang dari Allah, karena itu ia minta supaya sekarang ia pergi “dalam damai-sejahtera”.
Tetapi apa yang ia katakan tentang keselamatan ini sangat penting bagi seluruh Injil Lukas. Keselamatan ini “disediakan di hadapan segala bangsa”. Ia bukan hanya untuk Simeon saja, ia adalah “terang yang menjadi pernyataan bagi orang-orang kafir” dan “kemuliaan bagi umatNya Israel.” Hal ini bukan saja keyakinan Simeon, tetapi juga keyakinan Lukas.
 
 
Apa yang Maria, Zakharia dan Simeon katakan di atas tentang keselamatan untuk Israel, kita juga baca dalam pengucapan syukur Hana tentang “semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem” (2:38) dan dalam perkataan Kleopas dan kawannya, yang hidup dalam harapan, bahwa Yesuslah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel” (24:21).
 
 
Dalam Kisah Para Rasul garis ini – garis yang mengandung kesaksian tentang keselamatan untuk Israel – terus dilanjutkan. Hal ini telah mulai dalam pasal pertama (ayat 6). Di situ dikatakan, bahwa dalam suatu pertemuan – di Bukit Zaitun (bnd ayat 12) – murid-murid Yesus bertanya kepadaNya: “Tuhan, maukah Engkau sekarang (= “pada masa ini”) memulihkan kerajaan bagi Israel?”
Atas pertanyaan ini Yesus menjawab (ayat 7-8) :
 
 
“Bukanlah perkaramu untuk mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan oleh Bapa sendiri menurut kuasaNya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalu Roh Kudus turun ke atas kamu dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria, sampai ke ujung bumi”.
 
 
Dari pertanyaan murid-murid di atas nyata, bahwa mereka – sama dengan rakyat Yahudi pada umumnya – sedang mengharapkan pemulihan kerajaan bagi Israel. Dalam jawaban Yesus, harapan ini Ia tidak tolak. Ia tidak mengecam dan menghukum murid-muridNya karena pertanyaan yang mereka ajukan kepadaNya. Ia juga rupanya hidup dalam harapan yang sama. Tetapi yang Ia tolak ialah: spekulasi tentang segera-datangnya kerajaan itu.
Dalam kuasaNya – menurut Dia – Allah telah menetapkan waktu-waktu dari rencana penyelamatanNya. Tentang waktu-waktu itu tidak ada seorangpun yang mengetahuinya. Dan murid-murid-Nya juga tidak perlu mengetahuiNya. Itu bukan perkara mereka.
 
Ganti pengetahuan tentang waktu-waktu pengrealisasian rencana-penyelamatan Allah, mereka akan menerima kuasa – Roh Kudus – untuk menjadi saksiNya, “sampai ke ujung bumi,” mulai dari Yerusalem (bnd Luk 24:47). Kesaksian ini – yaitu tentang keselamatan untuk Israel – ditekankan juga oleh Petrus dalam khotbahnya di Serambi Salomo (3:25).
 
 
“Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu dan mendapat bagian dalam perjanjian yang telah diadakan Allah dengan nenek moyang kita, ketika Ia berfirman kepada Abraham: Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati. Dan bagi kamulah pertama-tama Allah membangkitkan Hamba-Nya dan mengutus-Nya kepada kamu, supaya Ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu.”
 
 
Dalam khotbah di atas Petrus mengatakan dua hal kepada para pendengarnya (= orang-orang Yahudi yang hadir di situ). Pertama, bahwa mereka adalah pewaris-pewaris dari apa yang para nabi katakan dalam nubuat-nubuat mereka. Kedua, bahwa mereka mendapat bagian dalam perjanjian yang Allah adakan (= ikat) dengan nenek-moyang mereka, yaitu perjanjian yang mengandung janji, bahwa oleh “keturunan” Abraham semua bangsa di dunia akan diberkati.
Janji kepada Abraham itu pertama-tama ditujukan kepada Israel. Kepadanya Allah memberikan hambaNya untuk memberkati mereka. Benar, berkat Allah diuntukkan bagi semua bangsa di dunia, tetapi pertama-tama bagi Israel, umat pilihanNya. Kesaksian ini terdapat juga dalam khotbah Petrus dan Barnabas kepada orang-orang Yahudi di Antiokhia (13:46) :
 
 
“Memang kepada kamulah firman Allah harus diberitakan lebih dahulu, tetapi kamu menolaknya dan menganggap dirimu tidak layak untuk beroleh hidup yang kekal. Karena itu kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain.”
 
 
Pola dasar dari karya-penyelamatan Allah dalam khotbah Petrus dan Barnabas ini sama dengan pola dasar dari karya-penyelamatan Allah dalam khotbah Petrus: pertama-tama Israel dan sesudah itu baru bangsa-bangsa lain. Dan pola dasar ini yang menentukan strategi pekabaran-Injil dalam Kisah Para Rasul.
 

b.    Yerusalem dan Bait Allah.

Dalam uraian kita yang lalu kita telah melihat bahwa salah satu aspek khusus dari peristiwa penyelamatan Allah dalam Injil Lukas ialah, bahwa peristiwa itu dipusatkan di Yerusalem dan dalam Bait Allah.
Hal ini telah kita baca dalam pasal-pasal pertama dari Injil ini: pemberitahuan tentang kelahiran Yohanes Pembaptis – bentara Mesias – kepada Zakharia, yang sedang melakukan pelayanannya sebagai imam dalam Bait Allah (1:5-25), pertemuan Yusuf, Maria dan Yesus dengan Simeon dan Hana dalam Bait Allah (2:21-40), kepergian Yesus – pada waktu Ia berumur duabelas tahun – ke Yerusalem, karena Ia, menurut Lukas, “harus berada di dalam rumah BapaNya” (2:41-52). Selain dari pada nas-nas ini kita dapat menyebut nas-nas lain lagi sebagai contoh:
 
  • Lukas 9:28-31. Di situ kita membaca, bahwa ketika Petrus, Yohanes, dan Yakobus berada bersama-sama dengan Yesus di atas gunung untuk berdoa, mereka melihat Musa dan Elia berbicara dengan Dia – “yang telah berubah wajahNya” dan “berkilau-kilauan pakaianNya” – tentang “tujuan kepergian-Nya, yang akan Ia genapi di Yerusalem”.
     
  • Lukas 9:51-53. Dalam Injil Lukas “cerita tentang perjalanan Yesus” mulai dengan: “Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandanganNya untuk pergi ke Yerusalem.” Selanjutnya dikatakan, “orang-orang Samaria tidak mau menerima Dia, karena perjalananNya menuju ke Yerusalem.
     
  • Lukas 13:31-33. Kepada beberapa orang Farisi – yang memberi nasehat kepadaNya untuk meninggalkan tempat, di mana Ia berada, karena Herodes mau membunuhNya – Yesus antara lain katakan: “Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang ... tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalananKu, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem.
     
  • Lukas 24. Dalam pasal ini diceritakan tentang penampakan-penampakan diri Yesus – sesudah Ia dibangkitkan oleh Allah – kepada wanita-wanita (= Maria Magdalena, Yohanna dan Maria, ibu Yakobus) di Yerusalem dan kepada Kleopas dan kawannya di sekitar Yerusalem.
     
  • Lukas 24:47-53. Di dalam nas ini, Yerusalem – sesuai dengan rencana-penyelamatan Allah yang telah kita jelaskan di bagian sebelumnya – “diproklamasikan” sebagai basis dan titik-tolak dari pekerjaan pekabaran Injil kepada semua bangsa di dunia.
     
  • Kesaksian ini Lukas lanjutkan dalam bukunya yang kedua: Kisah Para Rasul. Dalam pasal 1:8 (bnd ayat 4) kita membaca: “Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria, sampai ke ujung bumi.
     
    Pelaksanaan dari rencana ini jelas tergambar dalam buku ini: di Yerusalem (pasal 2), di Samaria (pasal 8), di seluruh Yudea (pasal 9), sampai ke ujung bumi: di Roma (pasal 28).
 
oooOooo
 

 

 
© Gereja Rumah Indonesia
 
Gereja Rumah Indonesia
Contact Person: Sdr. Gogona
Email: grumah@gerejarumahindonesia.org
 
About  |   Visi  |   Misi  |   Disclaimer