5. INJIL LUKAS DAN ORANG-ORANG YAHUDI

_oOo_
 

a.    Pemimpin-pemimpin agama Yahudi.

Dalam kitab-kitab Injil, banyak sekali kita membaca tentang pemimpin-pemimpin agama Yahudi, seperti imam-imam, imam-imam kepala, orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat, dan lain-lain. Sikap penulis-penulis Injil terhadap pemimpin-pemimpin agama Yahudi ini tidak sama. Satu contoh, ialah nas di bawah ini:
 
LUKAS 3:7
MATIUS 3:7
 
Lalu ia (= Yohanes Pembaptis) berkata kepada orang banyak yang datang kepadanya untuk dibaptis, katanya: “Hai kamu keturunan ular beludak! Siapakah yang mengatakan kepada kamu melarikan diri dari murka yang akan datang?”
Tetapi waktu ia (= Yohanes Pembaptis) melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang untuk dibaptis, berkatalah ia kepada mereka: “Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang?”
 
Menurut Matius orang-orang yang dikecam oleh Yohanes Pembaptis dalam “khotbah”-nya ialah “orang-orang Farisi dan orang-orang Saduki” yang datang kepadanya untuk dibaptis. Menurut Lukas tidak demikian, orang-orang yang Yohanes Pembaptis kecam dalam “khotbah”-nya bukanlah orang-orang Farisi dan orang-orang Saduki, tetapi “orang banyak” (= massa rakyat).
Perbedaan ini bukan disebabkan oleh perbedaan sumber yang mereka pakai, tetapi oleh sikap Lukas yang tidak bermusuhan dengan pemimpin-pemimpin agama Yahudi. Selain dari dalam nas di atas, sikap Lukas ini kita juga temui dalam nas-nas yang berikut:
 
  • Lukas 4:32. “Mereka takjub mendengar pengajaranNya, sebab perkataanNya penuh kuasa.”
     
    Dalam nas ini Lukas tidak membandingkan pengajaran Yesus dengan pengajaran ahli-ahli Taurat, seperti yang dibuat oleh Matius (7:29, “... Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka”) dan oleh Markus (1:22, “... Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat“).
     
    Jadi, Lukas tidak menekankan perbedaan antara pengajaran Yesus dan pengajaran ahli-ahli Taurat.
     
  • Lukas 6:11. “Maka meluaplah amarah mereka, lalu mereka berunding, apakah yang akan mereka lakukan terhadap Yesus.”
     
    Apa yang Lukas katakan dalam nas ini jauh lebih lunak dari pada apa yang Markus katakan tentang hal yang sama (3:6, “Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia”).
     
    Matius tidak mengikut-sertakan orang-orang Herodian dalam percakapan itu (12:14).
     
  • Lukas 11:15. Tetapi ada di antara mereka yang berkata: “Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan.”
     
    Nas ini berbeda dengan nas paralel dalam Markus (3:22, “Dan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata: ...”) dan dalam Matius (12:24, “Tetapi ketika orang-orang Farisi mendengarnya, mereka berkata : ...”).
     
  • Lukas 11:29. Ketika orang banyak mengerumuninya, berkatalah Yesus: “Angkatan ini adalah angkatan yang jahat.”
     
    Nas ini berbeda dengan nas paralel dalam Matius. Di situ – dalam 12:38-39 – kita membaca, “Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: ‘Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari padaMu.’ Tetapi jawab-Nya kepada mereka: ‘Angkatan yang jahat dan tidak setia (sebenarnya: yang berzinah) ini menuntut suatu tanda.’”
     
    Lukas 11:29 bukan saja menggantikan “beberapa ahli Taurat dan orang Farisi” dengan “orang banyak,” tetapi ia juga tidak memakai bagian kalimat “dan tidak setia” (= dan berzinah).
 
Sungguhpun demikian kita tidak boleh menarik konklusi, bahwa Lukas – karena itu – sama sekali tidak berkata-kata tentang pemimpin-pemimpin agama Yahudi. Dalam Injilnya, Lukas juga menceritakan bagaimana sikap Yesus terhadap pemimpin-pemimpin agama Yahudi itu. Bagian yang paling jelas mengemukakan hal ini ialah Lukas 11:39-52.
 
Di situ Lukas mencatat kecaman-kecaman pedas, yang Yesus ucapkan kepada mereka:
 
 
... Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan (ayat 39)
 
... Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah (ayat 42)
 
... Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda: orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya (ayat 44)
 
... Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu memuatkan beban-beban yang tidak terpikul-kan pada orang, tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban-beban itu dengan satu jaripun. (ayat 46).
 
... Celakalah kamu ... (ayat 47). Dan lain-lain.
 
 
Tetapi kalau kecaman-kecaman ini kita bandingkan dengan kecaman-kecaman yang paralel di dalam Matius 23, nyata bahwa perbedaannya sangat menyolok. Dalam Lukas 11:39-52 ungkapan “orang-orang munafik” yang banyak sekali dipakai dalam Matius 23 untuk pemimpin-pemimpin agama Yahudi, tidak kita temui.
Demikian pula ungkapan-ungkapan lain seperti “pemimpin-pemimpin buta” atau “orang-orang buta” (Mat 23:16, 17, 19, 24, 26). Selain dari pada itu penting kita catat, bahwa kecaman-kecaman Yesus dalam Lukas 11:39-52 jauh lebih pendek dari pada kecaman-kecaman yang dicatat oleh Matius dalam pasal 23 dari Injilnya.
 
  • Suatu hal lain, yang jelas memperlihatkan perbedaan antara Injil Lukas dan Injil-Injil yang lain ialah bagian-bagian yang memuat ceritera tentang undangan orang-orang Farisi kepada Yesus untuk makan bersama-sama dengan mereka di rumah mereka. Tiga kali hal itu terjadi. Pertama: dalam Lukas 7:36. Kedua: dalam Lukas 11:37. Dan ketiga: dalam Lukas 14:1.
     
    Dalam perjamuan-perjamuan ini berlangsung percakapan yang sangat keras antara Yesus dan orang-orang Farisi itu. Sungguhpun demikian penting kita catat, bahwa orang-orang Farisi mengundang Yesus untuk makan bersama-sama dengan mereka dan bahwa Yesus menerima undangan-undangan itu. Menurut separuh ahli Perjanjian Baru hal ini hanya bisa kita temui dalam Injil Lukas dan tidak mungkin umpamanya dalam Injil Matius.
     
  • Dalam Lukas 13:31 kita membaca, bahwa “pada suatu hari datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus: ‘Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau’. Herodes, yang dimaksudkan oleh orang-orang Farisi di sini, ialah Herodes Antipas, yang menyuruh menangkap dan membunuh Yohanes Pembaptis.
     
    Dari nas di atas kita tidak dapat menarik kesimpulan, apakah peringatan orang-orang Farisi itu jujur (= mengandung kebenaran) atau tidak. Tetapi reaksi yang serius dari Yesus terhadap peringatan itu (ayat 32) paling kurang menyatakan, bahwa Yesus tidak menganggapnya sebagai suatu kebohongan.
 
Hal-hal seperti ini – yang memberikan gambaran yang lain tentang hubungan Yesus dengan pemimpin-pemimpin agama Yahudi dan yang hanya terdapat dalam Injil Lukas – kita juga temui di tempat-tempat lain dari Injil ini. Salah satu di antaranya ialah percakapan antara orang-orang Saduki dan Yesus tentang kebangkitan:
 
LUKAS 20:37-40
MATIUS 22:31-33
 
“Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup.” Mendengar itu beberapa ahli Taurat berkata: “Guru, jawab-Mu itu tepat sekali.” Sebab mereka tidak berani lagi menanyakan apa-apa kepada Yesus.
Tetapi tentang kebangkitan orang-orang mati tidakkah kamu baca apa yang difirmankan Allah, ketika Ia bersabda: “Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup.” Orang banyak yang mendengar itu takjub akan pengajaran-Nya.
 
Sesudah Yesus selesai dengan memberikan penjelasan tentang kebangkitan, yang Ia dasarkan atas firman Allah (dalam Kitab Suci), beberapa ahli Taurat – yang mungkin juga adalah orang-orang Saduki – berkata kepadaNya: “Guru, jawabMu itu tepat sekali”.
Dalam ceritanya (ayat) di atas, perkataan ini Matius tidak sebut. Karena itu mungkin ada orang yang bertanya: apakah yang mau dikatakan oleh Lukas dengan “pujian” ahli-ahli Taurat ini? Jawabnya tidak kita ketahui dengan pasti. Mungkin karena, penjelasan itu Yesus dasarkan atas nas yang mengatakan bahwa dalam “semak duri” Yahwe telah menyatakan diriNya sebagai Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub kepada Musa (bnd Kel 3:15-16). Atau mungkin juga untuk mengatakan kepada kita, bahwa sekalipun terdapat perbedaan-perbedaan dan konflik-konflik antara Yesus dan ahli-ahli Taurat, namun antara mereka ada kontak-kontak yang tidak selalu bersifat negatif.
 
 
Kesan ini kita juga peroleh dalam Kitab Para Rasul, di mana rasul katakan kepada anggota-anggota Mahkamah Agama: “Hai saudara-saudaraku, aku adalah orang Farisi, keturunan Farisi. Aku dihadapkan kepada Mahkamah Agama ini, karena aku mengharapkan kebangkitan orang mati”.
 
 
Sesudah membaca penjelasan-penjelasan di atas, kita mungkin dapat katakan, bahwa dalam Injilnya Lukas – dibandingkan dengan penulis-penulis Injil lain, terutama dengan Matius – telah berusaha sedapat mungkin untuk bersikap positif – atau paling kurang: tidak bermusuhan – terhadap para pemimpin agama Yahudi, khususnya terhadap orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat.
 
 

b.    Orang-orang Yahudi dan agama mereka.

Bukan saja terhadap pemimpin-pemimpin agama Yahudi, tetapi juga secara umum terhadap orang-orang Yahudi, terhadap tradisi-tradisi mereka, terhadap penghayatan keagamaan mereka, dan lain-lain, Lukas bersikap lebih positif, kalau dibandingkan dengan Matius dan Markus. Tentang hal-hal ini kita mau berikan beberapa contoh:
 
  • Contoh yang paling jelas dan yang paling menarik perhatian ialah perikop yang berkata-kata tentang konflik antara Yesus dan orang-orang Farisi serta “beberapa ahli Taurat dari Yerusalem” mengenai peraturan-peraturan penyucian dan “adat istiadat nenek-moyang mereka,” dalam Markus 7:1-23 (bnd Mat 15:1-20). Biasanya Lukas sangat teliti mengikuti tradisi Markus. Tetapi justru bagian Markus ini – bagian yang berkata-kata tentang konflik antara Yesus dan pemimpin-pemimpin agama Yahudi – ia tinggalkan. Dari penjelasan di atas kita mengerti, mengapa Lukas berbuat demikian.
     
  • Suatu contoh lain yang cukup menarik perhatian ialah hal-hal yang Matius ceritakan dalam pasal 21 (bnd Mrk 11-12). Kalau hal-hal itu kita bandingkan dengan hal-hal yang sama dalam Injil Lukas (pasal 19 dan 20), nyata bahwa Lukas tidak “mengambil-alih” perumpamaan yang keras tentang “dua orang anak” – di mana Yesus berkata kepada imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi: “Sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Mat 21:31) – dan kata-kata Yesus yang keras, bahwa “Kerajaan Allah akan diambil dari mereka dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu” (Mat 21:43).
     
  • Sebagai contoh ketiga kita mau menyebut ceritera tentang penangkapan Yesus oleh “segerombolan orang” yang disuruh oleh “imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua bangsa Yahudi” (Mrk 14:43; bnd Mat 26:47). Dalam Lukas 22, yang memuat ceritera yang sama, tidak dikatakan, bahwa rombongan orang yang datang menangkap Yesus itu disuruh oleh imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua bangsa Yahudi. Di situ hanya dikatakan, bahwa “waktu Yesus masih berbicara, datanglah serombongan orang, sedang Yudas, seorang dari keduabelas murid itu, berjalan di depan mereka” (Luk 22:47).
     
  • Sebagai contoh keempat, ceritera tentang Yesus di hadapan Mahkamah Agama dalam Matius 26:59-63 (bnd Mrk 14:55-61). Di situ kita membaca, bahwa “imam-imam kepala, malahan seluruh Mahkamah Agama, mencari kesaksian palsu terhadap Yesus, supaya Ia dapat di hukum mati, tetapi mereka tidak memperolehnya, walaupun tampil banyak saksi dusta.” Lukas 22 juga memuat ceritera ini, tetapi sangat singkat. Ia tidak berkata apa-apa tentang sidang Mahkamah Agama dan tentang kesaksian-kesaksian palsu yang diusahakan oleh Mahkamah itu, supaya Yesus dapat dijatuhi hukuman mati.
     
  • Contoh kelima, ceritera tentang Yesus di hadapan Pilatus dalam Matius 27:11-26. Ceritera ini terdapat juga dalam Lukas 23:1-5. Tetapi di ceritera itu, kita tidak temui catatan, bahwa – berhubung timbulnya kekacauan dan semakin kerasnya orang banyak berteriak supaya Yesus disalibkan – Pilatus “mengambil air dan membasuh tangannya” sebagai tanda tidak bersalah, dan bahwa sebagai jawaban atas perbuatan itu orang banyak berteriak, “Biarlah darahNya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami” (Mat 27:25).
     
  • Contoh keenam, ceritera tentang kematian Yesus dalam Markus 15:34-36 (bnd Mat 27:46-49). Di situ dikatakan, bahwa “pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eloi, Eloi, lama sabakhatani,’ artinya: Ya AllahKu, ya AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Beberapa orang – yang mendengar seruan itu – berkata: “Lihat, Ia memanggil Elia!” dan sebagai reaksi: “Baiklah kita menunggu dan melihat apakah Elia nanti datang untuk menurunkan Dia.” Lukas 23:44-49, yang juga memuat cerita ini, tidak mencatat seruan Yesus ini dan apa yang dikatakan oleh orang-orang di situ sebagai reaksi mereka terhadap seruan itu.
     
  • Contoh ketujuh, ceritera tentang penjagaan kubur Yesus dalam Matius 27:62-66. Di situ kita antara lain membaca, bahwa “imam-imam kepala dan orang-orang Farisi” bersama-sama pergi menghadap Pilatus dan berkata: “Tuan, kami ingat, bahwa sewaktu hidupNya si penyesat ini pernah berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit.” Karena itu baiklah tuan perintahkan supaya orang menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga. Sebab kalau tidak demikian murid-muridNya dapat datang untuk mencuri mayatNya. Ceritera ini tidak terdapat dalam Injil Lukas.
 
Contoh-contoh di atas dapat kita tambahkan dengan contoh-contoh lain lagi. Semua contoh-contoh itu memperlihatkan kepada kita, bahwa untuk menyatakan sikapnya yang tidak bermusuhan terhadap pemimpin-pemimpin agama Yahudi, maka Lukas – dalam Injilnya – tidak memuat hal-hal yang dapat menyinggung perasaan atau menyakiti hati mereka. Di samping itu dalam Injilnya kita juga menemui nas-nas yang tidak terdapat dalam Injil Matius dan Injil Markus, yaitu nas-nas yang menyatakan sikap positifnya yang sama. Kita berikan beberapa contoh:
 
  • Lukas 23:27-31. “Sejumlah besar orang mengikuti Dia, di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia”. Tetapi Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: “Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu!” Yang menarik dari nas ini ialah reaksi Yesus terhadap tangisan dan ratapan wanita-wanita yang mengikutiNya. Tangisan dan ratapan mereka itu tidak Ia terima. Ia malah mengeluh karena Yerusalem. Penderitaan yang Ia masih alami ialah, bahwa Yerusalem tidak mau dikumpulkan seperti seekor induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya.
     
  • Lukas 23:39. Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka buat”. Doa ini mencirikan Yesus, seperti yang dilihat oleh Lukas: perantara anatar Allah dan manusia, yaitu perantara yang mendapat tugas untuk melayani pengampunan Allah. Siapa yang ia maksudkan di sini dengan “mereka,” kita tidak tahu dengan pasti. Tetapi rasanya bukan hanya prajurit-prajurit Romawi yang melaksanakan keputusan hukuman mati atas diriNya, tetapi juga orang-orang Yahudi – pemimpin-pemimpin dan rakyat – yang menuntut hukuman mati itu.
     
  • Lukas 23:40-42. Nas ini telah kita jelaskan sebelumnya, tetapi dalam suatu hubungan lain. Yang kita mau buat sekarang ialah: meminta perhatian terhadap perkataan yang diucapkan oleh salah satu dari kedua penjahat itu: “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkan diriMu dan kami!” Dari perkataan ini nyata, bahwa penjahat itu mungkin adalah seorang Yahudi yang mengetahui mengapa Yesus disalibkan. Demikian pula penjahat yang lain itu: ia juga mungkin seorang Yahudi yang mengetahui mengapa Yesus disalibkan. Hal itu nyata dari perkataannya, baik kepada kawannya, maupun kepada Yesus. Hanya perkataannya itu terlampau panjang untuk seorang yang mati tergantung di kayu salib. Tetapi rupanya Lukas membutuhkan perkataannya itu untuk menjelaskan berita keselamatan, juga bagi orang-orang Yahudi yang berdosa.
     
  • Lukas 23:48. “Sesudah seluruh orang banyak yang datang berkerumun untuk tontonan itu melihat apa yang terjadi, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri mereka.” Dengan kata-kata ini Lukas mau katakan, bahwa di antara “sejumlah besar orang yang mengikuti Yesus” (ayat 27) terdapat banyak orang Yahudi yang sangat sedih menyaksikan apa yang telah terjadi di Golgota.
 
Sebagai catatan tambahan kita mungkin dapat menunjuk kepada apa yang Lukas katakan dalam Kisah Para Rasul tentang orang-orang Yahudi dan pemimpin-pemimpin mereka. Kita mulai dengan “khotbah” Petrus di Serambi Salomo:
 
  • Kisah Para Rasul 3:17. “Hai saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan, seperti semua pemimpin kamu”. Karena itu – sebagai konsekwensi dari hal itu – Petrus mengajak orang banyak di situ: “Bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan” (ayat 19). Menurut separuh ahli Perjanjian Baru “ketidaktahuan” yang Petrus sebut dalam khotbahnya menunjuk kepada doa Yesus di Kayu Salib: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk 23:34).
     
  • Kisah Para Rasul 13:26. Dalam “khotbah”-nya di Antiokhia – di daerah Pisidia – kepada “anak-anak keturunan Abraham,” Paulus katakan: “Mereka yang tinggal di Yerusalem dan pemimpin-pemimpin mereka tidak mengakui Yesus. Dengan menjatuhkan hukuman mati atas Dia, mereka menggenapi perkataan para nabi yang dibacakan pada tiap-tiap hari Sabat. Dan meskipun mereka tidak menemukan sesuatu yang dapat menjadi alas an untuk hukuman mati itu, namun mereka telah meminta kepada Pilatus supaya Ia dibunuh. Dan setelah mereka menggenapi segala sesuatu yang ada tertulis tentang Dia, mereka menurunkan Dia dari Kayu Salib, lalu membaringkanNya di dalam sebuah kubur” (ayat 26-29). Yang menarik perhatian ialah, bahwa pemimpin-pemimpin Yahudi (yang menuntut supaya Yesus dijatuhi hukuman mati) dan kawan-kawan Yesus (yang menurunkanNya dari Kayu Salib dan yang menguburkanNya) sama-sama disebut dengan satu kata, yaitu “mereka”.
 
Suatu cara lain yang Lukas pakai untuk menyatakan sikapnya yang tidak bermusuhan terhadap orang-orang Yahudi dan pemimpin-pemimpin mereka ialah “penyusunan kembali” dari bahan-bahan tertentu dalam Injilnya. Salah satu dari padanya dan yang mungkin paling terkenal ialah bahan-bahan yang kita kenal dengan nama “khotbah di bukit” (Mat 5-7). Sebagian besar dari khotbah ini Lukas tempatkan dalam “khotbah di dataran” (Luk 6:17-49) dan di bagian-bagian lain dari Injilnya. Tetapi apa yang sama sekali ia tidak muat dalam Injilnya ialah bahan-bahan yang mengungkapkan perbedaan-perbedaan yang tajam antara orang-orang Yahudi dan Yesus, seperti yang kita baca dalam bagian kedua dari Matius 5:
 
 
“Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek-moyang kita: Jangan membunuh, sebab siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Siapa yang marah terhadap saudaranya harus dihukum ... (ayat 21).
 
Kami telah mendengar firman: Jangan berzinah! Tetapi Aku berkata kepadamu: setiap orang yang memandang wanita serta menginginkannya, sudah bersidah dengan dia ... (ayat 27).
 
Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan istrinya harus beri surat-cerai kepadanya. Tetapi Aku berkata kepadamu: Siapa yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah ...” (ayat 31).
 
Dan seterusnya (ayat 33, 38, 43). Yang lebih penting dari pada ini ialah apa yang ia secara positif katakan tentang peraturan-peraturan dan tradisi Yahudi.
 
 
  • Lukas 1:6. Dalam nas ini Lukas mencatat: “Keduanya – yaitu Zakharia dan Elisabet – adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketentuan Tuhan dengan tidak bercacat”.
     
  • Lukas 2:21-40. Dalam ceritera ini – yaitu tentang penyunatan, pemberian nama dan penyerahan Yesus oleh orang tuaNya kepada Tuhan – Lukas menunjuk kepada pentingnya hukum Taurat dipenuhi oleh orang-orang Yahudi. Apa yang Yusuf dan Maria lakukan – dalam Bait Allah – sesuai dengan hukum Tuhan, yaitu “semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah” dan kepadaNya harus dipersembahkan seekor burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati sebagai korban. Sesuadah semuanya selesai mereka lakukan “menurut hukum Tuhan,” barulah mereka kembali ke Nazaret, kota kediaman mereka.
     
  • Lukas 24:25-47. Juga dalam ceritera ini – yaitu tentang penampakan diri Yesus kepada dua orang muridNya yang sedang berada dalam perjalanan ke desa Emaus – Lukas selalu menekankan pada apa yang tertulis tentang Yesus dalam kitab Taurat Musa, dan kitab para nabi dan kitab Mazmur (bnd ayat 25, 27, 31, 44-47).
 
Cara ini bukan hanya Lukas pakai dalam Injilnya saja, tetapi juga dalam bukunya yang kedua, yaitu Kisah Para Rasul. Beberapa nas di situ memberikan kesan kepada kita, bahwa dalam Kisah Para Rasul ia bersikap lebih positif terhadap agama Yahudi dan peraturan-peraturannya dari pada dalam Injilnya.
 
  • Dalam Kisah Para Rasul 16:3 ia katakan, bahwa Paulus mau, supaya Timotius menyertainya dalam perjalanannya. Karena itu ia menyuruh orang menyunatkan dia “karena orang-orang Yahudi di daerah itu.” Di sini Lukas bersikap begitu positif terhadap peraturan-peraturan agama Yahudi, sehingga sikap-sikap itu di sana-sini bertentangan dengan apa yang kita baca dalam surat-surat rasul Paulus. Umpamanya dalam Galatia 2:1-3. Di situ rasul Paulus a.l. katakan: “Tetapi sekalipun Titus, yang bersama-sama dengan aku, adalah seorang Yunani, namun ia tidak dipaksa untuk menyunatkan dirinya.” Perjalanan, yang ia maksudkan di sini, ialah perjalanannya ke Yerusalem, yang diceriterakan dalam Kisah Para Rasul 15.
     
  • Kisah Para Rasul 15:28-29. Dalam surat yang dikirimkan oleh “sidang para rasul dan para tua-tua di Yerusalem” kepada anggota-anggota Jemaat di Antiokhia “yang berasal dari bangsa-bangsa kafir,” a.l. dikatakan: “Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini : kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati lemas dan dari percabulan. Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik. Selamat!” Catatan Lukas ini tidak sama dengan penjelasan rasul Paulus dalam Galatia 2:5-10, yaitu bahwa selain dari pada “kebenaran Injil” anggota-anggota yang terpandang (= sokoguru-sokoguru) di Yerusalem “tidak memaksakan sesuatu yang lain” kepada rasul Paulus dan kepada anggota-anggota Jemaat di Antiokhia selain dari pada ini, yaitu bahwa mereka “harus tetap mengingat orang-orang miskin”.
     
  • Kisah Para Rasul 21:20-26, yang menceritakan tentang percakapan Yakobus dan tua-tua di Yerusalem dengan Paulus tentang kabar yang tersiar di Yerusalem, yaitu Paulus mengajar “orang-orang Yahudi yang tinggal di antara bangsa-bangsa kafir” untuk tidak mengikuti hukum Taurat (= tidak menyunat anak-anak mereka). Berhubung dengan itu mereka mengusulkan kepadanya, supaya ia “melakukan pentahiran diri” bersama-sama dengan empat orang di Yerusalem yang sedang bernazar. Usul ini – menurut Lukas – diterima dan dilaksanakan oleh Paulus.
     
  • Kisah Para Rasul 24:14. Kepada Feliks, Paulus katakan: “Aku mengakui kepadamu, bahwa aku berbakti kepada Allah nenek-moyang kami menurut jalan, yang mereka sebut sekte. Aku percaya kepada segala sesuatu yang tertulis dalam hukum Tuhan dan dalam kitab para nabi”.
 

c.    Penggunaan istilah-istilah Yahudi.

Menurut para ahli sesudah Lukas menyusun “pendahuluan” dari Injilnya (1:1-4; bnd Kis 1:1) dalam bahasa Yunani yang indah – yang hampir sama dengan bahasa Yunani klasik – ia rupanya berusaha untuk menggunakan bahasa Yunani yang dipakai dalam terjemahan Septuaginta dan dalam ibadah di sinagoge-sinagoge. Hal ini bukan hanya terbatas pada pasal 1 dan 2 saja, tetapi mencakup seluruh Injilnya dan seluruh Kisah Para Rasul. Dalam kedua buku ini Tenakh, Kitab Suci Israel, disebut dengan istilah atau ungkapan yang khas Yahudi, seperti: “hukum Tuhan dan kitab para nabi” (16:16; Kis 24:14; dll), “kitab-kitab Musa dan semua kitab para nabi” (24:27), “kitab Taurat Musa dan kitab para nabi dan kitab Mazmur” (24:44).
 
 
Lukas sering lebih teliti mengutip dari pada Matius (bnd a.l. Mat 11:13: “semua nabi dan kitab Taurat”).
 
 
Dalam Injilnya, Yesus berulang-ulang Lukas sebut “nabi” atau “seorang nabi besar.” Tentang sebutan ini kita mau berikan beberapa contoh, yang hanya kita temui dalam Injil Lukas:
 
  • Lukas 7:16. Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita.” Dalam ayat 39 kita mendapati kesaksian yang sama. Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat apa yang dibuat perempuan itu, ia berkata dalam hatinya: “Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamahNya. Tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa”.
     
  • Lukas 13:33. Kepada beberapa orang Farisi – yang menasehatkanNya untuk pergi dari tempat itu, karena Herodes mau membunuhNya – Yesus berkata: “Hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalananKu, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem”.
     
  • Lukas 24:19. Kepada Yesus – yang menampakkan diri kepada Kleopas dan kawannya – Kleopas jelaskan apa yang terjadi dengan Yesus, orang Nazaret, itu: “Ia adalah seorang nabi yang berkuasa dalam pekerjaan dan perbuatan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami”.
 
Gelar “Anak Manusia,” yang berasal dari Daniel 7:13, kita temui baik dalam Injil Lukas, maupun dalam Injil-Injil sinoptis yang lain. Tetapi kalau nas-nas dalam Injil Lukas yang memuat gelar ini kita bandingkan dengan nas-nas paralel dalam Injil Matius nyata, bahwa Lukas lebih banyak memakai gelar ini dari pada Matius yang kadang-kadang menggantikannya dengan “Ia” atau dengan “Aku.” Kita berikan beberapa contoh:
 
  • Lukas 6:22. “Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu.” Bnd Matius 5:11, “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya”.
     
  • Lukas 9:22. “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.” Bnd Matius 16:21, “Sejak waktu itu Yesus mulai mengatakan kepada murid-muridNya, bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga”.
     
  • Lukas 12:8. “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah.” Bnd Matius 10:32, “Setiap orang yang mengakui Aku di depan BapaKu di sorga”.
     
  • Selain dari pada nas-nas ini dalam Injil Lukas terdapat juga nas-nas lain – seperti di atas – tetapi yang tidak kita temui dalam Injil-Injil lain (2:14; 7:16; 13:13; 17:15, 18; 18:43; 19:38, dan lain-lain).
 
Dalam Injilnya Lukas suka menggunakan istilah-istilah atau ungkapan-ungkapan Yahudi seperti “tibalah waktunya” atau “genaplah waktunya” (1:23, 57; 2:6, 21-22, 43; 9:51). Ia juga suka menggunakan ungkapan Yahudi “maka terjadilah” (LAI biasa menterjemahkan ungkapan ini secara bebas), bukan saja dalam ceritera kelahiran Yesus (2:1, 6, 15), tetapi juga umpamanya dalam pasal 9 (ayat 18, 28, 37 dan 51). Ungkapan-ungkapan Yahudi lain yang sering kita temui dalam Injilnya ialah ungkapan-ungkapan yang dalam Alkitab bahasa Indonesia diterjemahkan oleh LAI dengan “memperhatikan” (1:48) atau dengan “melawat” (1:68, 78; 7:16; 19:44). Lebih dari pada Injil-Injil lain Injil ini sangat kuat mengaksentuir “kemuliaan” Allah dan “permuliaan” kepadaNya (2:14; 7:16; 13:13; 17:15, 18; 18:43; 19:38; dll).
 
 
Kita umumnya tahu, bahwa Injil Lukas ditulis untuk orang-orang yang bukan Yahudi. Karena itu kita biasa menyangka, bahwa dalam tulisannya itu Lukas berusaha sedapat-dapatnya untuk tidak memakai – atau untuk menterjemahkan – istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan yang khas Yahudi. Persangkaan ini tidak seratus prosen benar. Ia bukan saja menggunakan bahasa Yunani yang indah, tetapi juga bahasa Yunani Septuaginta: bahasa Yunani – seperti yang telah kita katakan – yang dipakai dalam ibadah-ibadah di Sinagoge.
 
 
oooOooo
 

 

 
© Gereja Rumah Indonesia
 
Gereja Rumah Indonesia
Contact Person: Sdr. Gogona
Email: grumah@gerejarumahindonesia.org
 
About  |   Visi  |   Misi  |   Disclaimer