4. INJIL LUKAS DAN ORANG-ORANG KAFIR

_oOo_
 

a.    Kesaksian Perjanjian Lama.

Dalam uraian yang lalu telah kita dengar, bahwa kedatangan Yesus ke dunia ialah – menurut Lukas – untuk menyelamatkan semua orang: bukan saja orang-orang Yahudi, tetapi juga orang-orang yang bukan-Yahudi. Kesaksian ini – yang kita baca dalam seluruh injil Lukas – pertama-tama ia dasarkan atas kesaksian Perjanjian Lama. Segera sesudah Yesus lahir kita membaca dalam Lukas 2:29-32: “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.” Dan pada akhir injil ini kita membaca: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.” (24:46-47).
 
 
Kesaksian ini bukan saja terdapat dalam injil Lukas, tetapi juga dalam buku yang kedua dari Lukas, yaitu Kisah Para Rasul. Pada permulaan dari buku ini kita membaca: “Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria, sampai ke ujung bumi” (1:8). Dan dalam pasal yang terakhir dikatakan: Sebab itu kamu harus tahu, bahwa keselamatan Allah ini disampaikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan mendengarnya” (28:28).
 
 
Injil Lukas erat berhubungan dengan Kisah Para Rasul. Keduanya harus dibaca bersama-sama sebagai suatu kesatuan. Kisah Para Rasul memperlihatkan kepada kita bagaimana injil dibawa (= diberitakan) kepada orang-orang kafir dan bagaimana orang-orang kafir itu – berbeda dengan orang-orang Yahudi – menerimanya dan percaya. Basis dari pekerjaan ini dijelaskan dalam injil Lukas. Apa yang dikatakan di situ ditujukan kepada apa yang diberitakan dalam Kisah Para Rasul.
 
  • Hal ini pertama-tama nyata dari Lukas 2:29-32 yang kita kutip di atas. Nas ini adalah suatu doa. Tetapi ia mengandung jauh lebih banyak dari pada hanya pengucapan-syukur pribadi saja. Dalam doa itu Simeon katakan, bahwa matanya telah melihat keselamatan yang datangnya dari Allah. Keselamatan itu “disediakan di hadapan segala bangsa”. Ia bukan hanya untuk Simeon dan bukan hanya untuk Israel saja, tetapi untuk semua bangsa di dunia. Apa yang Simeon katakan di sini, akan disaksikan lebih lanjut dalam Kisah Para Rasul: semua orang akan mendapat bagian dalam keselamatan yang Allah karuniakan. Tetapi keselamatan itu “tidak dipaksakan”. Ia disediakan di muka semua orang dan ditawarkan kepada mereka.
     
  • Kata-kata, yang Simeon pakai dalam doanya, dikutip dari nubuat nabi Yesaya (42:6 dan 49:6) tentang “hamba Allah” dan tugasnya terhadap bangsa-bangsa kafir. Dengan kutipan ini Lukas mau katakan, bahwa Simeon melihat Yesus sebagai “hamba Tuhan” yang dinubuatkan oleh Yesaya.
     
  • Doa ini Simeon ucapkan dalam Bait Allah di Yerusalem. Hal ini penting bagi Lukas. Dengan kesaksian itu ia bukan saja mengaksentuir, bahwa keselamatan bagi bangsa-bangsa kafir “keluar” (= berasal) dari Bait Allah di Yerusalem, tetapi juga bahwa tugas Yesus terhadap mereka diberikan di tempat itu. Karena itu Bait Allah mendapat tempat penting dalam injil Lukas. Injil ini mulai dan berakhir di dalam Bait Allah. Ia mulai dengan Zakharia. Tentang Zakharia ini – yang berada dalam Bait Allah – Lukas katakan: “Pada suatu kali, waktu tiba giliran rombongannya, Zakharia melakukan pelayanan sebagai imam (LAI: tugas keimaman) di hadapan Tuhan. Sebab ketika diundi, sebagaimana lazimnya, untuk menentukan imam yang bertugas, dialah yang ditunjuk untuk masuk ke dalam Bait Suci dan membakar ukupan di situ” (1:8-9). Dan injil ini berakhir dengan para murid. Dalam Lukas 24:52-53 kita membaca: “Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita. Mereka senantiasa berada di dalam Bait Allah dan memuliakan Allah.” Permulaan dan akhir injil Lukas saling menemui dalam suatu puji-pujian kepada Allah di dalam Bait Allah.
     
  • Kesaksian injil Lukas ini diteruskan dalam Kisah Para Rasul. Di situ – dalam pasal 1:13 dan 2:2 – dikatakan, bahwa pada hari raya Pentakosta Gereja “dilahirkan” di Yerusalem, tidak jauh dari Bait Allah. Dari situ mulai pekerjaan pekabaran ini kepada bangsa-bangsa kafir.
     
  • Menurut separuh ahli Perjanjian Baru dalam hubungan ini – yaitu dalam hubungan Gereja dan pekerjaan pekabaran-injil dengan Bait Allah – terletak suatu motif apologetis. Dengan motif itu – demikian ahli-ahli tadi selanjutnya – Lukas mau memperlihatkan, bahwa “agama Kristen” bukanlah suatu agama yang sama sekali baru, tetapi agama itu adalah pemenuhan dari apa yang orang-orang Israel yang saleh harapkan dari abad ke abad. Itulah sebabnya rasul Paulus dapat membela diri di hadapan wali negeri Feliks, bahwa Allah yang ia sembah adalah “Allah nenek moyang kami” (Kis 24:14). Dan itulah pula sebabnya ia dapat menjelaskan kepada orang-orang di Roma, bahwa “karena pengharapan Israel-lah” ia diikat dan dibelenggu (28:20).
     
  • Hal ini – menurut Lukas – penting sekali orang mengetahuinya pada waktu itu. Bukan saja Theofilus, tetapi juga orang-orang lain harus mengetahui, bahwa “agama Kristen” – seperti yang kita katakan di atas – bukanlah agama baru dari orang-orang yang memisahkan diri dari agama Yahudi. Agama Kristen harus – menurut Lukas – dilihat dalam hubungannya dengan ibadah Bait Allah dari umat Tuhan di Yerusalem. Hal ini harus diketahui oleh semua orang, juga oleh pemerintah Romawi.
 
Bukan saja dalam hal-hal di atas, juga dalam hal-hal lain – yang mungkin tidak begitu menarik perhatian – Lukas berusaha memperlihatkan, bahwa keselamatan yang Allah janjikan itu bukan hanya keselamatan untuk Israel saja, tetapi juga untuk bangsa-bangsa lain. Hal ini jelas sekali kita lihat dalam “khotbah” Yohanes Pembaptis di daerah Yordan:
 
LUKAS 3:4-6
MATIUS 3:3
 
Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: “Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan.”
Ada orang yang berseru-seru di padang gurun: “Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.
 
Nas ini dikutip baik oleh Lukas, maupun oleh Matius dan oleh Markus (1:3) dari Yesaya 40:3-5. Tetapi kutipan Lukas lebih lengkap. Hal itu erat berhubungan dengan sifat injilnya, yaitu: memberitakan janji keselamatan Allah kepada semua bangsa di dunia, seperti yang kita baca dalam ayat 6: “.....semua orang akan melihat keselamatan Tuhan”. Berita yang sama kita juga baca dalam Kisah Para Rasul 28:28: “.....keselamatan Allah disampaikan kepada bangsa-bangsa kafir”.
 

b.    Kesaksian Lukas sendiri.

 
Selain dari pada kesaksian Perjanjian Lama, Lukas – dalam injilnya ini – memberikan juga kesaksiannya sendiri tentang keselamatan Allah yang mencakup baik orang-orang Yahudi, maupun orang-orang kafir. Sama seperti injil Matius (10:1-6) dan injil Markus (6:7-13), demikian pula Lukas memuat ceritera tentang pengutusan keduabelas murid (9:1-6). Tetapi berbeda dengan kedua injil itu injil Lukas memuat juga suatu pengutusan yang lain, yaitu pengutusan ketujuh-puluh – atau: ketujuhpuluh dua – murid (10:1-16):
 
 
Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu. Tetapi jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu tidak diterima di situ, pergilah ke jalan-jalan raya kota itu dan serukanlah: Juga debu kotamu yang melekat pada kaki kami, kami kebaskan di depanmu; tetapi ketahuilah ini: Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata kepadamu: pada hari itu Sodom akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu.” “Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Akan tetapi pada waktu penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.”
 
 
Separuh ahli Perjanjian Baru menganggap pengutusan ini sebagai pengutusan yang paralel dengan pengutusan keduabelas murid. Pengutusan keduabelas murid – menurut mereka – berhubungan dengan Israel. Pengutusan ketujuhpuluh murid berhubungan dengan dunia bangsa-bangsa di luar Israel. Tafsiran ini mereka dasarkan atas daftar bangsa-bangsa dalam Kejadian 10: menurut naskah Ibarani dari Kejadian 10 ada tujuhpuluh bangsa di dunia, dan menurut naskah Septuaginta (= terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani) ada tujuhpuluh dua bangsa. Karena itu pengutusan ketujuhpuluh murid – menurut mereka – harus kita lihat dalam terang Kisah Para Rasul dan kita hubungkan dengan bangsa-bangsa kafir.
 
 
Terhadap pendapat ini ada ahli Perjanjian Baru lain yang berkeberatan. Yang Lukas maksudkan dengan pengutusan ketujuhpuluh murid ini – menurut mereka – bukanlah apa yang diceriterakan dalam Kisah Para Rasul, yaitu pekabaran injil kepada bangsa-bangsa kafir. Yang Lukas maksudkan di sini ialah Israel dan pembaharuan Israel oleh pemberitaan tentang kedatangan Kerajaan Allah, yang ditugaskan Yesus kepada ketujuhpuluh murid.
 
 
Pendapat ahli-ahli ini ditentang oleh ahli-ahli Perjanjian Baru yang kita lebih dahulu sebutkan di atas. Menurut mereka dalam Lukas 10:1-16 pengutusan ketujuhpuluh murid tidak disebut pengutusan kepada “domba-domba yang hilang dari umat Israel” – seperti yang kita baca dalam Matius 10:6 – juga tidak dalam pengutusan keduabelas murid. Sebagai suatu contoh lain dari kesaksian Lukas ini mereka sebut nas yang berkata-kata tentang siapa yang akan diselamatkan:
 
LUKAS 13:29
MATIUS 8:11
 
Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah.
Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Allah.
 
Dalam nas di atas Lukas bukan saja berkata-kata tentang orang-orang yang datang “dari Timur dan Barat,” tetapi tentang orang-orang yang datang “dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan”. Dengan ungkapan itu Lukas – seperti yang telah kita katakan sebelumnya – mau katakan, bahwa keselamatan yang Allah karuniakan kepada manusia, tidak hanya terbatas pada Israel saja, tetapi mencakup juga orang-orang lain di luar Israel. Dari keempat penjuru bumi mereka akan datang dan “makan bersama-sama dalam Kerajaan Allah”. Matius – yang menulis kepada orang-orang Yahudi atau orang-orang Kristen-Yahudi – hanya menyebut dua mata angin: Timur dan Barat. Itu kebiasaan Yahudi, mungkin berhubung dengan letaknya Palestina: di sebelah Utara terdapat gunung-gunung dan di sebelah Selatan padang gurun. Lukas – seperti yang telah kita dengar – menulis kepada pembaca-pembaca lain. Karena itu ia tidak terikat kepada situasi yang ada di Palestina, sehingga ia dapat lebih menggaris-bawahi keselamatan Allah sebagai keselamatan yang bersifat universalistis. Hal ini ia juga buat dalam daftar-keturunan (= silsilah) Yesus.
 
LUKAS 3:23-38
MATIUS 1:1-16
 
Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli, anak Matat, anak Lewi, anak Malkhi, anak Yanai, anak Yusuf, anak Matica, anak Amos, anak Nahum, anak Hesli, anak Nagai, anak Maat, anak Matica, anak Simei, anak Yosekh, anak Yoda, anak Yohanan, anak Resa, anak Zerubabel, anak Sealtiel, anak Neri, anak Malkhi, anak Adi, anak Kosam, anak Elmadam, anak Er, anak Yesua, anak Eliezer, anak Yorim, anak Matat, anak Lewi, anak Simeon, anak Yehuda, anak Yusuf, anak Yonam, anak Elyakim, anak Melea, anak Mina, anak Matata, anak Natan, anak Daud, anak Isai, anak Obed, anak Boas, anak Salmon, anak Nahason, anak Aminadab, anak Admin, anak Arni, anak Hezron, anak Peres, anak Yehuda, anak Yakub, anak Ishak, anak Abraham, anak Terah, anak Nahor, anak Serug, anak Rehu, anak Peleg, anak Eber, anak Salmon, anak Kenan, anak Arpakhsad, anak Sem, anak Nuh, anak Lamekh, anak Metusalah, anak Henokh, anak Yared, anak Mahalaleel, anak Kenan, anak Enos, anak Set, anak Adam, anak Allah.
Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanak-kan Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya, Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, Peres memperanakkan Hezron, Hezron memperanakkan Ram, Ram memperanakkan Aminadab, Aminadab memperanakkan Nahason, Nahason memperanakkan Salmon, Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai, Isai memperanakkan raja Daud. Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria, Salomo memperanakkan Rehabeam, Rehabeam memperanakkan Abia, Abia memperanakkan Asa, Asa memperanakkan Yosafat, Yosafat memperanakkan Yoram, Yoram memperanakkan Uzia, Uzia memperanakkan Yotam, Yotam memperanakkan Ahas, Ahas memperanakkan Hizkia, Hizkia memperanakkan Manasye, Manasye memperanakkan Amon, Amon memperanakkan Yosia, Yosia memperanakkan Yekhonya dan saudara-saudaranya pada waktu pembuangan ke Babel. Sesudah pembuangan ke Babel, Yekhonya memperanakkan Sealtiel, Sealtiel memperanakkan Zerubabel, Zerubabel memperanakkan Abihud, Abihud memperanakkan Elyakim, Elyakim memperanakkan Azor, Azor memperanakkan Zadok, Zadok memperanakkan Akhim, Akhim memperanakkan Eliud, Eliud memperanakkan Eleazar, Eleazar memperanakkan Matan, Matan memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.
 
Dari daftar-keturunan (= silsilah) Yesus di atas nyata, bahwa sebagian besar dari nama-nama yang Lukas sebut di situ lain sekali dari pada nama-nama yang Matius sebut. Hal ini mungkin disebabkan oleh rencana Lukas untuk menyusun suatu silsilah Yesus menurut garis keturunan Yusuf. Hal ini nyata dari pasal 3:23, di mana ia mencatat, bahwa “menurut anggapan orang” Yesus adalah anak Yusuf. Silsilah ini bertolak dari pandangan, bahwa menurut hukum Yahudi Yusuf adalah ayah Yesus, sekalipun ia – seperti yang nyata dari Lukas 1:35 – bukanlah ayahNya yang sebenarnya.
 
  • Dalam daftar-keturunan Yesus di atas Lukas menyebut tujuhpuluh tujuh nama: nama Yesus adalah nama yang ke-tujuhpuluh tujuh dan Allah, yang ia sebut dalam ayat yang terakhir (= ayat 38), tidak turut dihitung. Tentang angka tujuhpuluh tujuh ini para ahli tidak mempunyai pendapat yang sama. Ada yang menduga, bahwa angka ini – angka sebelas kali tujuh – mungkin ada hubungannya dengan ke-duabelas kurun-waktu-dunia yang kita temui dalam pemikiran apokaliptik. Dalam daftar-keturunan ini Yesus digambarkan sebagai tokoh yang hidup pada akhir kurun-waktu-dunia yang ke-sebelas. Dengan Dia mulai zaman akhir: zaman eskatologis yang mengarahkan pandangan kita kepada Kerajaan Allah yang akan datang.
     
  • Baik Matius, maupun Lukas – dalam daftar-keturunan yang mereka susun – mau menggambarkan Yesus sebagai “inaugurator” dari zaman eskatologis yang sedang mulai. Dalam penggambarannya itu Matius menghubungkan Yesus dengan sejarah Israel. Karena itu daftar-keturunan Yesus ia mulai dengan Abraham. Lukas tidak demikian. Dalam penggambarannya Yesus ia hubungkan dengan sejarah dunia. Sesuai dengan itu daftar-keturunan Yesus ia akhiri dengan Adam. Yesus baginya adalah manusia yang sebenarnya: Adam yang akhir bagi umat manusia, baik Yahudi, maupun bukan Yahudi (= kafir).
     
  • Dalam pasal 3:38 dari daftar-keturunan ini kita membaca, bahwa “Adam adalah anak Allah”. Banyak ahli theologia bertanya: apakah yang Lukas maksudkan dengan ungkapan ini? Apakah ungkapan ini sama dengan ungkapan yang Lukas catat dalam pasal 3:22: “Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan”? apakah ungkapan ini sesuai dengan pemikiran Yahudi atau apakah ia lebih bersifat Yunani? Sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini ada ahli yang katakan, bahwa uangkapan ini harus kita pahami dalam arti yang Lukas berikan dalam Kisah Para Rasul 17:28: “....kita ini dari keturunan Allah”, maksudnya: “di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada” (ayat 28a). Umat manusia, yang diciptakan oleh Allah, mendapat pemenuhannya di dalam Yesus. Di dalam Dia nampak kepada kita untuk apakah manusia telah Allah ciptakan.
 

c.    Pekerjaan Yesus di Galilea.

 
Kalau kita membandingkan pemberitaan Lukas tentang pekerjaan Yesus di Galilea dengan pemberitaan yang sama dalam injil Matius (13:53-58) dan injil Markus (6:1-6) nyata, bahwa antara pemberitaan Lukas pada satu pihak dan pemberitaan Matius dan Markus pada pihak lain, terdapat perbedaan yang menyolok. Sebagai permulaan pekerjaan Yesus di Galilea Lukas menyebut “khotbahNya” dalam rumah ibadah di Nazaret. Untuk mengerti maksud Lukas dengan cara-nya ini, perlu kita membacanya lebih teliti:
 
LUKAS 4:16-30
MATIUS 13:53-58
 
Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: “Bukankah Ia ini anak Yusuf?” Maka berkatalah Ia kepada mereka: “Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!” Dan kata-Nya lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu.” Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.
Setelah Yesus selesai menceriterakan perumpamaan-perumpamaan itu, Iapun pergi dari situ. Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: “Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?” Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.” Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ.
 
Menurut injil Matius dan injil Markus “khotbah” Yesus dalam rumah ibadah di Nazaret tidak Ia ucapkan pada permulaan pekerjaanNya. Hal ini baru Ia lakukan kemudian. Lukas – seperti yang nyata dari pasal 4:23 di atas – mengetahui hal itu. Sungguhpun demikian ia dengan sengaja menempatkan “khotbah” Yesus dalam rumah ibadah di Nazaret itu pada permulaan pekerjaanNya. Mengapa Ia berbuat demikian? Banyak ahli theologia berpendapat, bahwa perbuatan Lukas ini erat berhubungan dengan maksudnya untuk menempatkan “khotbah” Yesus di Nazaret itu sebagai “program-kerja”-Nya.
 
  • Hal ini – menurut mereka – dikuatkan oleh Yesaya 61:1-2, yang Yesus pakai sebagai dasar khotbahNya. Nas itu Ia terapkan atas diriNya sendiri. Ia tahu, bahwa Ia adalah utusan yang dipilih dan diurapi oleh Allah untuk tugas khusus yang dikatakan oleh nas.
     
  • Ceritera Lukas tentang “khotbah” Yesus di Nazaret ini terdiri dari dua bagian, yaitu: Lukas 4:16-22 dan Lukas 4:23-30. Dalam bagian pertama kita membaca, bahwa “khotbah” Yesus di Nazaret itu Ia dasarkan atas Yesaya 61:1-2 dan bahwa nas itu telah digenapi boleh kedatangan dan pekerjaan Yesus. Dalam bagian kedua kita membaca tentang penolakan akan Yesus sebagai permulaan dari penolakan Israel akan Dia. Hanya Lukas yang menceritakan penolakan ini secara panjang-lebar. Matius dan Markus tidak demikian. Ceritera mereka tentang kejadian ini lebih pendek dan lebih bersifat umum.
     
  • Dalam bagian pertama dari ceriteranya Lukas dengan jelas memperlihatkan, bahwa keselamatan yang Allah karuniakan dalam Yesus itu bukan hanya untuk Israel saja, tetapi juga untuk orang-orang kafir . hal itu terutama nyata dari referensinya kepada Elia dan Elisa (4:25-27): hamba-hamba Tuhan yang menyatakan kuasa-pembebasanNya (= kuasa-penyelamatanNya) kepda orang-orang kafir di luar batas-batas Israel. Oleh referensi itu Lukas mau katakan, bahwa Yesus sadar akan panggilanNya terhadap orang-orang kafir.
     
  • Apa yang Yesus pada permulaan pekerjaannya katakan dalam “khotbah”-Nya di Nazaret, kita temui kembali dalam apa yang Ia katakan dalam tugas yang Ia berikan kepada murid-muridNya sebelum Ia “berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga” (24:51), yaitu untuk menyampaikan “berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa .... kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem” (24:47).
     
  • Secara formil tugas pekabaran-injil yang terdapat dalam injil Lukas tidak berbeda dengan tugas pekabaran-injil yang terdapat dalam injil Matius (28:18-20) dan dalam injil Markus (16:15-18). Ketiganya berkata-kata tentang tugas pekabaran-injil yang sama, yaitu kepada segala bangsa di dunia. Tetapi dalam injil Lukas perhatian terhadap bangsa-bangsa lain itu bukan baru Yesus curahkan sesudah Ia bangkit, – seperti yang kita baca dalam injil Matius dan injil Markus – tetapi jauh sebelum itu: dari permulaan pekerjaanNya. Segala sesuatu yang Ia buat – juga kalau hal itu Ia tujukan pada Israel – dari mulanya Ia turut arahkan kepada bangsa-bangsa lain di dunia.
     
  • Di samping sifatnya yang misioner – seperti yang telah kita katakan pada permulaan karangan ini – injil Lukas juga mempunyai sifat yang apologetis. Juga hal ini telah kita singgung sebelumnya, waktu kita berkata-kata tentang tempat yang Lukas berikan kepada Yerusalem dan Bait Allah dalam injilnya, yaitu untuk mengatakan, bahwa “agama Kristen” bukanlah agama baru dari orang-orang yang memisahkan diri dari agama Yahudi, tetapi suatu agama yang harus dilihat dalam hubungannya dengan ibadah Bait Allah dari umat Tuhan di Yerusalem. Sifat apologetis ini kita temui lagi dalam Lukas 23, yang memuat cerita tentang pemeriksaan Yesus oleh Pilatus. Baim Lukas, maupun Matius (27:1-2, 11-14), Markus (15:1-5) dan Yohanes (18:28-38) mengatakan, bahwa dalam pemeriksaan itu Yesus ternyata tidak bersalah. Tetapi cara yang mereka pakai untuk hal itu tidak sama: Lukas – yang mempunyai tujuan misioner – jauh lebih tajam dari pada penulis-penulis injil yang lain. Hal itu nyata dari catatannya yang berikut (23:2): “Kami telah menemukan, bahwa orang ini menyesatkan bangsa kami, karena ia melarang (bangsa kami) membayar pajak kepada kaisar, dan tentang diriNya ia katakan, bahwa ia adalah Kristus, yaitu Raja”. Untuk Lukas pemberitahuan tentang tuduhan ini penting, sebab di kalangan orang-orang, kepada siapa injil ini ditujukan, rupanya masih ada yang dipengaruhi oleh tuduhan itu dan yang karena itu masih ragu-ragu untuk percaya dan menjadi pengikut Kristus. Dpatkah mereka percaya kepada seseorang, yang bukan saja dipersalahkan oleh pemimpin-pemimpin Yahudi, tetapi yang juga dijatuhi hukuman oleh pejabat Pemerintahan Romawi? Karena itu catatan Lukas di atas penting. Ia mau supaya mereka tahu, bahwa tuduhan itu – tuduhan bahwa Yesus berontak melawan Pemerintahan Romawi – tidak benar (bnd 20:20-26). Hal itu dikatakan sendiri oleh Pilatus: “Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada orang ini” (23:4).
     
  • Penulis-penulis injil yang lain – seperti yang telah kita dengar – mengemukakan, bahwa Pilatus tidak menemukan kesalahan apapun pada Yesus. Lukas katakan lebih banyak dari pada itu. Menurut dia, sekalipun Pilatus tidak mendapati kesalahan apapun pada Yesus, “imam-imam kepala dan seluruh orang banyak” yang hadir dalam pemeriksaan itu, “makin kuat mendesak,” karena – demikian alasan mereka – Yesus “menghasut rakyat dengan ajaranNya di seluruh Yudea, mulai dari Galilea sampai di Yerusalem” (23:4-5). Semua tuduhan ini – menurut Lukas – tidak benar: semuanya ditolak oleh instansi peradilan Romawi yang resmi.
 

d.    Kesaksian-kesaksian lain.

 
Sifat apologetis di atas kita juga temui dalam bagian-bagian lain dari injil Lukas. Salah satunya dari padanya ialah ceritera tentang pemeriksaan Yesus oleh Herodes (23:8-12):
 
 
Ketika Herodes melihat Yesus, ia sangat girang. Sebab sudah lama ia ingin melihat-Nya, karena ia sering mendengar tentang Dia, lagipula ia mengharapkan melihat bagaimana Yesus mengadakan suatu tanda. Ia mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus, tetapi Yesus tidak memberi jawaban apapun. Sementara itu imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat maju ke depan dan melontarkan tuduhan-tuduhan yang berat terhadap Dia. Maka mulailah Herodes dan pasukannya menista dan mengolok-olokkan Dia, ia mengenakan jubah kebesaran kepada-Nya lalu mengirim Dia kembali kepada Pilatus. Dan pada hari itu juga bersahabatlah Herodes dan Pilatus; sebelum itu mereka bermusuhan.
 
 
Sama seperti dalam pemeriksaan yang pertama (oleh Pilatus), demikian pula oleh pemeriksaan ini (oleh Herodes) hadir “imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat.” Mereka – menurut nas di atas – “melontarkan banyak tuduhan berat” terhadap Yesus. Sekalipun demikian Herodes tidak mendapati kesalahan apapun padaNya. Karena itu sesudah ia dan pasukannya “mengolok-oloknya dan mengenakan jubah kebesaran kepadaNya” (sebagai ejekan), ia mengirimNya kembali kepada Pilatus. Bagi Lukas pengiriman kembali ini bukan saja mempunyai arti misioner, tetapi juga arti politis. Sebagai orang Yahudi Herodes rupanya tidak dapat menerima kehadiran pejabat-pejabat Pemerintahan Romawi di Palestina. Karena itu pengiriman Yesus kepadanya ia sambut dengan gembira, sebab oleh perbuatan itu Pilatus mengakui kuasanya atas rakyatnya. Untuk tidak terlalu “melukai” hati imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat ia mengirim Yesus kembali kepada Pilatus. Pengiriman-kembali ini diterima Pilatus juga dengan gembira, sebab oleh perbuatan itu Herodes mengakuinya sebagai pejabat Romawi yang memegang kuasa tertinggi di Yudea pada waktu itu. Itu yang Lukas maksudkan dengan catatannya: “Pada hari itu juga bersahabatlah Herodes dan Pilatus”.
 
 
Di atas telah beberapa kali kita menunjuk kepada sifat apologetis dari injil Lukas. Salah satu nas, yang jelas memperlihatkan sifat apologetis ini ialah nas yang memuat perkataan Pilatus kepada “imam-imam kepala, pemimpin-pemimpin Yahudi dan rakyat” (23:13): “Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksa-Nya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya. Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali kepada kami. Sesungguhnya tidak ada suatu apapun yang dilakukan-Nya yang setimpal dengan hukuman mati.” (ayat 14-15).
 
 
Perkataan Pilatus di atas – yaitu bahwa Yesus tidak bersalah – hanya kita temui dlam injil Lukas. Maksud Lukas dengan catatan itu jelas, yaitu: mengatakan kepada pembaca-pembacanya, bahwa semua tuduhan yang dilontarkan terhadap Yesus itu tidak benar. Hal ini bukan saja diakui oleh Pilatus dan Herodes, tetapi juga oleh orang-orang lain. Salah satu di antara mereka ialah penjahat yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus. Kepada kawannya yang turut mengolok-olok Yesus ia katakan: “Tidakkah engkau takut – juga tidak kepada Allah – sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, seba kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah” (23:40-41). Selain dari penjahat ini ada seorang lain lagi yang bersaksi tentang “ketidak-salahan” Yesus, yaitu kepala pasukan Romawi yang melihat apa yang terjadi di Golgota. Kesaksiannya itu juga hanya terdapat dalam injil Lukas:
 
LUKAS 23:47
MATIUS 27:54
 
Ketika kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia memuliakan Allah, katanya: “Sungguh, orang ini adalah orang benar!”
Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata: “Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah.”
 
Catatan Lukas di atas membuat orang bertanya: Apakah yang memyebabkan kepala pasukan itu “memuliakan Allah” dan mengatakan, bahwa Yesus sungguh adalah orang yang benar? Sikap dan perkataan Pilatus yang kita kutip di atas? Atau sikap dan perkataan Yesus sendiri di hadapan Pilatus di kayu salib? Data-data kemudian – yang tidak berasal dari Alkitab – mengatakan, bahwa nama kepala pasukan itu ialah Longinus. Orang menduga, bahwa sesudah kejadian di atas ia mungkin percaya dan menjadi Kristen. Ucapannya “Sungguh....” mengatakan, bahwa oleh semua yang ia lihat dan dengar, ia tiba kepada suatu kesimpulan. Selain dari pada motif apologetis di atas, Lukas – dengan catatannya ini – rupanya juga mau katakan, bahwa peristiwa kematian Yesus telah memimpin banyak orang kepada kesadaran siapakah sebenarnya Dia!
 
oooOooo
 

 

 
© Gereja Rumah Indonesia
 
Gereja Rumah Indonesia
Contact Person: Sdr. Gogona
Email: grumah@gerejarumahindonesia.org
 
About  |   Visi  |   Misi  |   Disclaimer