2. INJIL LUKAS DAN DATA-DATA HISTORIS

_oOo_
 

a.    Injil Lukas dan injil-injil lain.

Kitab-kitab injil bukanlah kitab-kitab sejarah yang memuat biografi Yesus (= hidup dan pekerjaanNya). Kitab-kitab injil adalah “kitab-kitab pemberitaan” yang memuat kesaksian tentang Dia.
 
Penulis-penulisnya hanya punya satu maksud dengan injil mereka, yaitu memperlihatkan, bahwa Yesus adalah Juruselamat dunia. Karena itu mereka hanya menggunakan fakta-fakta dan data-data historis yang ada hubungannya dengan kesaksian mereka. Fakta-fakta dan data-data historis, yang tidak berfungsi demikian, mereka tidak gunakan. Hal ini harus kita ingat, kalau kita membaca kitab-kitab injil.
 
Kalau injil-injil itu – Matius, Markus, Lukas dan Yohanes – kita bandingkan satu dengan yang lain nyata, bahwa Lukas lebih banyak memakai fakta-fakta dan data-data historis. Atau barangkali lebih tepat: Lukas lebih banyak menempatkan hidup dan pekerjaan Yesus dalam kerangka historis. Perkataan ini tidak boleh kita salah tafsirkan. Maksud saya bukanlah hendak mengatakan, bahwa dalam injilnya Lukas memberikan suatu riwayat hidup dari Yesus dalam arti yang sebenarnya. Hal itu telah saya sanggah di atas. Dalam hal ini injil Lukas tidak berbeda dengan injil-injil lain.
 
Kita berikan beberapa contoh:
 
  • Kesaksian tentang penyembuhan-penyembuhan yang Yesus lakukan. Di mana dan bilamana presisi dari penyembuhan-penyembuhan itu telah Ia lakukan, Lukas pada umumnya tidak katakan. Ia hanya katakan: “Pada suatu hari Yesus berada di...” (5:12), atau: “Pada suatu hari Yesus berada di...” (5:27), atau: “Pada suatu hari Sabat lain Yesus masuk ke rumah ibadah...” (6:6), atau: “Kemudian Yesus pergi ke...” (4:31), atau “Pada waktu itu pergilah Yesus ke...” (6:12), dan lain-lain.
     
  • Kesaksian yang mempunyai paralel dalam injil Markus. Yang paling terkenal ialah Lukas 9:51 – 18:4. Perikop yang panjang ini – yang hanya mempunyai beberapa paralel saja dalam injil Markus – biasa disebut “cerita perjalanan”. Maksudnya: perjalanan Yesus yang terakhir ke Yerusalem, sebelum Ia disalibkan.
     
    Caranya Lukas menceritakan “perjalanan Yesus” ini adalah begitu rupa, sehingga kita sulit menemukan di situ suatu rencana perjalanan yang jelas. Banyak ahli Perjanjian Baru menduga, bahwa untuk ceritanya ini Lukas mungkin menggunakan suatu cerita perjalanan yang lebih panjang.
     
    Dalam penulisan ceritanya ini ia mungkin meninggalkan (= membuang) bagian-bagian tertentu dari cerita perjalanan itu dan menambahkan bagian-bagian lain yang ia punyai. Oleh cara-kerja ini telah “hilang” data-data kronologis dan topografis yang penting.
 

b.    Interesse terhadap kejadian-kejadian historis.

Sungguhpun demikian dari injil ini nyata, bahwa – seperti yang telah kita katakan di atas – Lukas mempunyai interesse tertentu terhadap kejadian-kejadian historis. Interesse ini bukanlah interesse terhadap sejarah an sich, tetapi adalah penggaris-bawahan dari ciri khas pemberitaan injil Lukas.
 
Kita berikan beberapa contoh. Kita mulai dengan cerita tentang kelahiran Yesus.
 
LUKAS 2:1-2
MARKUS 1:8
Pada waktu itu kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria.
Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibunya bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri.
 
Dari contoh di atas ini nyata, bahwa dalam ceritera tentang kelahiran Yesus, Matius tidak mempunyai interesse terhadap data-data historis. Interessenya ialah hanya terhadap bagaimana caranya Yesus dikandang dan dilahirkan: Yesus dikandung dari Roh Kudus sebelum ayah dan ibunya hidup sebagai suami-isteri.
 
Lukas sebaliknya menempatkan ceritera tentang kelahiran Yesus di dalam kerangka sejarah dunia: waktu sensus pertama diadakan – di seluruh kerajaan Romawi – sewaktu Kireneus menjadi wali negeri di Siria.
 
Suatu contoh lain yang serupa ialah Lukas 3:1-2:
 
 
Pada tahun kelimabelas dari pemerintahan kaisar Tiberius, ketika Pontius Pilatus menjadi wali negeri Yudea, dan Herodes menjadi raja wilayah Galilea, Filipus, saudaranya, menjadi raja wilayah Iturea dan Trakhonitis, dan Lisanias menjadi raja wilayah Abilene, pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi imam besar, datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun.
 
 
Kesaksian ini tidak terdapat dalam injil-injil lain, hanya dalam injil Lukas. Dalam kesaksiannya itu Lukas tidak hanya mengatakan, bahwa firman Allah datang kepada Yohanes Pembaptis, tetapi lebih konkrit dari pada itu. Ia juga memberitahukan waktu, bilamana hal itu terjadi. Dan sangat terperinci.
 
-
Pertama: pada tahun ke-15 dari pemerintahan kaisar Tiberius.
-
Kedua: pada waktu Pontius Pilatus menjadi wali negeri Yudea.
-
Ketiga: pada waktu Herodes menjadi raja wilayah Galilea.
-
Keempat: pada waktu Filipus, saudara Herodes, menjadi raja wilayah Iturea dan Trakhonitis.
-
Kelima: pada waktu Lisanias menjadi raja wilayah Abilene.
-
Keenam: pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi imam besar.
 
Juga di sini Lukas dengan jelas memperlihatkan, bahwa karya-penyelamatan Allah dalam Kristus berlangsung dalam sejarah. Banyak ahli Perjanjian Baru menduga, bahwa penempatan karya Allah dalam kerangka sejarah ini mungkin dipengaruhi oleh kebiasaan yang dipakai dalam Perjanjian Lama.
 
Gaya bahasa Lukas dalam ceriteranya tentang panggilan Yohanes Pembaptis – “datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia” – sama benar dengar gaya-bahasa penulis-penulis Perjanjian Lama dalam cerita mereka tentang panggilan para nabi.
 
Kita berikan suatu contoh: panggilan nabi Yeremia. Dalam pasal 1:2-3 kita membaca: “Pada zaman Yosia bin Amon, raja Yehuda, pada tahun yang ketigabelas dari pemerintahannya, datanglah firman Allah kepada Yeremia. Firman itu datang juga pada zaman Yoyakhim bin Yosia, raja Yehuda, sampai akhir tahun yang kesebelas dari zaman Zedekia bin Yosia, raja Yehuda, hingga penduduk Yerusalem diangkut ke dalam pembuangan pada bulan yang kelima”.
 

c.    Maksud interesse itu.

Di atas kita katakan, bahwa maksud Lukas menempatkan karya-penyelamatan Allah dalam kerangka sejarah ialah untuk menyatakan, bahwa karya-penyelamatan Allah itu berlangsung dalam sejarah. Hal ini yang membedakan injil dari ideologi. Lukas seolah-olah mau mengatakan, bahwa injil yang ia beritakan dalam tulisannya (= bukunya) bukanlah ideologi yang tuna-waktu, tetapi karya-penyelamatan Allah yang berlangsung dalam sejarah: di suatu tempat yang tertentu dan pada suatu waktu yang tertentu pula.
 
Berita injil adalah sebaliknya dari ideologi, sebab berita injil adalah berita yang berpusat pada seorang pribadi yang tertentu, yaitu Yesus Kristus. Yesus Kristus ini telah Allah pilih dan utus ke dunia – sebagai Juruselamat – pada suatu waktu dan di suatu tempat yang tertentu (bnd. Luk 2:11; 4:18-19:21).
 
 
Dengan penempatan karya-penyelamatan Allah dalam kerangka sejarah, Lukas juga mau memperlihatkan, bahwa sejarah hidup dan pekerjaan Yesus adalah sejarah yang unik dan yang tidak dapat diulangi. Sejarah hidup dan pekerjaan Yesus hanya sekali saja berlangsung: di suatu tempat dan pada suatu waktu yang tertentu. Hal ini penting bagi Lukas. Dengan menunjuk kepada keunikan dan ketidak-berulangan sejarah Yesus, Lukas mau katakan, bahwa keselamatan kita tidak berasal dari kita, tetapi terletak di luar kita.
 
Ditinjau dalam terang ini kita dapat mengerti, bahwa ada ahli Perjanjian Baru yang menghubungkan pikiran Lukas ini dengan apa yang penulis surat Ibrani katakan dalam pasal 9:26-27 tentang hidup Yesus: “Ia hanya satu kali saja menyatakan diriNya pada zaman akhir untuk menghapus dosa oleh korbanNya. Dan sama seperti manusia di tetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi, demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diriNya untuk menanggung dosa banyak orang“.
 
 

d.    Rencana–penyelamatan Allah.

Kalau kitab-kitab injil kita baca dengan teliti nyata, bahwa tindakan Allah dalam sejarah dihubungakan oleh penulis-penulis injil sinoptis (= Matius, Markus dan Lukas) dengan rencana-penyelamatan Allah. Sungguhpun demikian tekanan, yang mereka letakkan dalam kesaksian mereka, tidak sama. Hal itu jelas kita lihat dalam nas-nas yang berikut:
 
LUKAS 24:6-7
MATIUS 16:21
Ingatlah apa yang dikatakanNya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga.
Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya, bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari yang ketiga.
 
Menurut kedua nas di atas – dan Markus 8:31, yang merupakan nas paralel dari Matius 16:21 – Yesus “harus“ menanggung derita dan disalibkan (= dibunuh), tetapi pada hari yang ketiga Ia akan bangkit kembali. Kata “harus” di sini menunjuk kepada rencana-penyelamatan Allah. Matius dan Markus tidak menjelaskan lebih lanjut rencana penyelamatan Allah ini. Mereka hanya berhenti pada kebangkitan Yesus. Lukas berjalan lebih jauh dari pada mereka.
 
Pertama-tama ia katakan, bahwa yang dimaksudkan di sini dengan rencana-penyelamatan Allah ialah rencana-penyelamatan Allah, seperti yang dinyatakan “dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi” (24:25-27).
 
Hubungan ini – antara rencana-penyelamatan Allah dan kitab suci – lebih jelas kita lihat pada akhir kesaksian Lukas (24:44-49). Selain dari pada hubungan antara rencana penyelamatan Allah dan kitab suci, Lukas juga menghubungkan rencana-penyelamatan Allah dengan pemberitaan injil kepada segala bangsa: “ada tertulis demikian, yaitu bahwa Messias harus menderita dan bangkit dari antara orang-orang mati pada hari yang ketiga, dan bahwa dalam namanya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini. Dan Aku akan mengirim kepada kamu apa yang dijanjikan oleh BapaKu. Tetapi kamu harus tinggal di kota ini (= Yerusalem) sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat yang tinggi“(24:46-49).
 

e.    Rencana-penyelamatan Allah dan tugas pekabaran-injil.

Tadi telah kita dengar, bahwa dalam kesaksiannya Lukas erat menghubungkan tugas pekabaran injil dengan rencana-penyelamatan Allah. Rencana Allah untuk – dalam Kristus – menyelamatkan manusia, telah Ia laksanakan. Karena itu karya-penyelamatan Allah itu harus murid-murid sampaikan kepada segala bangsa. Pikiran ini ”lebih maju” dari pada pikiran Matius dan Markus.
 
LUKAS 24:47-49
MATIUS 28:19-20
Dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini. Dan aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan BapaKu.
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepada-mu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.
 
Menurut Matius – dan Markus (16:15) – tugas apostolat adalah suatu “perintah”: “Pergilah (ke seluruh dunia), jadikanlah segala bangsa muridku!” Menurut Lukas tidak demikian: tugas itu bukanlah suatu perintah, tetapi suatu “pemberitahuan”: “Berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan – dalam nama Yesus – kepada segala bangsa”. Untuk dapat menunaikan tugas itu mereka membutuhkan pimpinan Roh Kudus. Karena itu kepada mereka Yesus katakan: “Kamu harus tinggal di kota ini (= Yerusalem) sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat yang tinggi”.
 
Dengan perkataan ini Lukas mau tekankan, bahwa pekerjaan apostolat adalah pertama-tama pekerjaan Allah (= pekerjaan Roh Kudus). Ia yang akan mengerjakannya sebagai pengrealisasian dari rencana-penyelamatanNya. Yang lebih penting bagi Lukas ialah pengrealisasian rencana-penyelamatan Allah. Baru sesudah itu – sebagai konsekwensi dari padanya – panggilan murid-murid untuk dipakai dalam pekerjaan pengrealisasian itu.
 

f.    Tahap-tahap pengrealisasian rencana–penyelamatan Allah.

Di atas kita katakan, bahwa menurut kesaksian injil Lukas pekerjaan apostolat adalah pertama-tama pekerjaan Allah sebagai pengrealisasian dari rencana-penyelamatanNya.
 
Pekerjaan pengrealisasian ini berlangsung dalam tiga tahap.
 
Tahap pertama ialah: pekerjaan Allah (= Roh Kudus) dengan perantaraan para nabi, yang berakhir dengan penampilan Yohanes Pembaptis. Tahap kedua ialah: pekerjaan Allah (= Roh Kudus) oleh dan dalam Yesus Kristus. Dan tahap ketiga ialah: pekerjaan Allah (= Roh Kudus) dalam Jemaat.
 
Antara tahap-tahap ini terdapat suatu batas yang jelas. Hal ini terang sekali kita lihat dalam Lukas 3:17-21, yaitu bagaimana caranya Lukas berkata-kata tentang Yohanes Pembaptis, kalau kita bandingkan dengan Matius 3:12-13.
 
LUKAS 3:17-21
MATIUS 3:12-13
“Alat penampi sudah di tangan-Nya untuk membersihkan tempat pengirikanNya dan untuk mengum-pulkan gandumNya ke dalam lumbungNya, tetapi debu jerami itu akan dibakarNya dalam api yang tidak terpadamkan”. Dengan banyak nasehat lainnya Yohanes memberitakan injil kepada orang banyak. Tetapi setelah ia menegor raja wilayah Herodes karena peristiwa Herodias, istri saudara-nya, dan kejahatan-kejahatan lain yang dilakukannya, raja itu menambah kejahatannya dengan memasukkan Yohanes ke dalam penjara. Ketika orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis, dsb.
“Alat penampi sudah di tangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikanNya dan mengumpulkan gandumNya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakarNya dalam api yang tidak terpadamkan”. Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya.
 
Baik Lukas (3:17), maupun Matius (3:12) memuat “khotbah” Yohanes Pembaptis, yang berakhir dengan “debu jerami itu akan dibakarNya dalam api yang tidak terpadamkan”. Tetapi sesudah “khotbah” Yohanes Pembaptis, pemberitaan Lukas dan Matius berbeda. Lukas melanjutkan pemberitaannya dengan pemberitahuan tentang penahanan Yohanes Pembaptis dan Herodes (ayat 19-20) dan Matius – sama seperti Markus (1:9) – dengan pemberitahuan tentang kedatangan Yesus kepada Yohanes Pembaptis untuk dibaptis (ayat 13).
 
 
Pemberitaan Lukas tentang Yohanes Pembaptis agak aneh. Bertentangan dengan urutan historis ia menempatkan penahanan Yohanes Pembaptis oleh Herodes (3:19) lebih dahulu dari pada kedatangan Yesus kepadanya untuk dibaptis (3:21). Hal ini ia lakukan dengan sadar. Maksudnya ialah, supaya nyata dengan jelas batas antara pelayanan Yohanes Pembaptis dan pelayanan Yesus: sebelum Yesus mulai dengan pelayananNya Lukas akhiri dahulu pelayanan Yohanes Pembaptis. Hal ini jelas kita lihat dalam tulisan (= buku) Lukas yang kedua, yaitu Kisah Para Rasul.
 
 
  • Dalam Kisah Para Rasul 10:37-38 Petrus berkata kepada Kornelius: “Kamu tahu tentang segala sesuatu yang terjadi di seluruh tanah Yudea, mulai dari Galilea, sesudah baptisan yang diberitakan oleh Yohanes, yaitu tentang Yesus dari Nazareth: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa”.
     
  • Dalam Kisah Para Rasul 13:23-25 rasul Paulus katakan: “Dari keturunan Daud, sesuai dengan yang telah dijanjikanNya, Allah telah mendatangkan Juruselamat bagi orang-orang Israel, yaitu Yesus, sesudah Yohanes, menjelang kedatanganNya, telah menyerukan suatu baptisan pertobatan kepada seluruh bangsa Israel. Dan waktu Yohanes selesai menunaikan tugasnya, ia berkata: “Aku bukanlah Dia yang kamu sangka, tetapi Ia akan datang kemudian dari padaku. Membuka kasut kakiNyapun aku tidak layak”.
     
  • Dari kedua nas ini nyata, bahwa – menurut Lukas – pelayanan Yohanes Pembaptis mendahului pelayanan Yesus sebagai pelayanan yang tergolong pada suatu tahap yang lain.
 

g.    Roh Kudus dan Yesus.

Sifat pekerjaan Roh Kudus dalam ketiga tahap ini sangat kuat ditentukan oleh Lukas. Dalam tahap pertama – pada zaman Perjanjian Baru – Roh Kudus hanya dikaruniakan kepada orang-orang tertentu saja, yaitu kepada para nabi. Dalam tahap ketiga – pada zaman Perjanjian Baru – Roh Kudus dikaruniakan kepada semua anggota Jemaat.
 
Pada hari raya Pentakosta di Yerusalem nubuat nabi Yoel (2:28-29) dipenuhi: “Akan terjadi pada hari-hari terakhir – demikianlah firman Allah – bahwa Aku akan mencurahkan RohKu ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan taruna-tarunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi. Juga ke atas hamba-hambaKu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan RohKu pada hari-hari itu dan mereka akan bernubuat” (Kis 2:17-18).
 
Dalam nas ini nyata dua hal dengan jelas. Pertama: Roh Kudus erat berhubungan dengan nubuat. Kedua: dalam Tahap ketiga semua orang percaya – oleh pekerjaan Roh Kudus – boleh bernubuat. Hubungan yang erat ini – antara Roh Kudus dan apostolat – kita juga temui dalam Yohanes 20:21-23, yang oleh separuh ahli teologia disebut “Pentakosta kecil”:
 
 
Maka kata Yesus sekali lagi”: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku demikian juga sekarang Aku mengutus kamu“. Dan sesudah berkata demikian, Ia menghembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus! Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu mengatakan dosa orang tetap ada, maka dosanya tetap ada“.
 
 
Antara tahap pertama dan tahap ketiga Lukas menempatkan pekerjaan Allah(= Roh Kudus) oleh dan dalam Yesus sebagai pekerjaan dalam tahap kedua.
 
Hubungan antara Yesus dan Roh Kudus, Lukas lukiskan sebagai suatu hubungan yang unik. Maksudnya: hubungan, di mana Yesus – selama hidupnya di dunia – bukan saja menerima Roh Kudus, tetapi juga memilikiNya: Yesus bukan saja adalah objek, tetapi juga subjek dari Roh Kudus.
 
Dalam injil Lukas aspek ini sangat menonjol, kalau dibandingkan dengan injil Matius dan injil Markus. Oleh penekanan ini Lukas – yang menulis kepada Theofilus dan kepada pembaca-pembaca kafir yang lain – dengan tegas membedakan Yesus dari pneumatikus-pneumatikus (= orang-orang “rohani”) orang hidup pada waktu itu. Penekanan (= lukisan) ini jelas nampak dalam nas-nas yang berikut:
 
LUKAS 4:1
MATIUS 4:1
Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun.
Maka Yesus dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun untuk dicobai oleh Iblis.
 
Sama seperti Matius – dan Markus (1:12) – demikian pula Lukas katakan, bahwa Yesus dibawa (= dipimpin) oleh Roh Kudus ke padang gurun untuk dicobai Iblis. Tetapi bukan itu saja yang Lukas katakan. Sebelumya ia juga katakan, bahwa Yesus “penuh dengan Roh Kudus”. Dengan bagian kalimat ini Lukas mau jelaskan, bahwa Yesus bukan saja objek dari Roh Kudus dan dari apa yang akan terjadi, tetapi juga subjek dari kejadian itu. Lukisan ini sebenarnya bukan baru diberikan oleh Lukas di sini, tetapi sudah sebelumnya, yaitu dalam ceritera tentang kelahiran Yesus. Dalam ceritera itu aksen yang ia letakkan tidak terdapat dalam injil Matius, yang juga memuat berita tentang kelahiran Yesus.
 
LUKAS 1:35
MATIUS 1:18
Malaikat itu menjawab dan ber-kata kepadanya: “Roh Kudus akan turun ke atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau, sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
Kelahiran Yesus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri.
 
Dalam Matius 1:18 hanya dikatakan, bahwa Maria mengandung “dari Roh Kudus”. Dalam Lukas 1:35 kita membaca lebih banyak dari pada itu. Di situ hubungan (= keterlibatan?) Roh Kudus dengan kelahiran Yesus dijelaskan lebih terperinci. Pertama, bahwa Roh Kudus akan turun ke atas Maria dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaunginya. Kedua, bahwa karena itu, anak yang ia akan lahirkan akan disebut kudus, Anak Allah.
 
Di sini – lebih dari pada dalam Matius 1:18 – Roh Kudus dilukiskan sebagai kuasa yang mencipta, kuasa yang menghidupkan. Dan Yesus sebagai manusia yang unik, yang berbeda dengan manusia-manusia yang lain. Sebagai manusia yang dilahirkan dari Roh Kudus, Yesus – sejak Ia berada dalam kandungan ibuNya – telah memiliki Roh Kudus, dan bukan hanya merupakan obyeknya saja seperti para pneumatisi.
 
 
Justru karena itu – karena Yesus memiliki Roh Kudus dalam seluruh hidupNya – Ia dapat menjanjikanNya kepada murid-muridNya, segera sesudah Ia bangkit: “Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan BapaKu. Tetapi kamu harus tinggal di kota ini (= Yerusalem) sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat yang tinggi (Luk 24:49). Pada hari raya Pentakosta di Yerusalem, janji ini – seperti yang telah kita dengar – dipenuhi.
 
Tepat, kalau ahli-ahli Perjanjian Baru katakan, bahwa peralihan dari injil Lukas ke Kisah Para Rasul adalah peralihan dari tahap kedua – yaitu pekerjaan Roh Kudus oleh dan dalam Yesus – ke tahap ketiga: pekerjaan Roh Kudus dalam Jemaat.
 
Menurut Lukas tahap kedua dan ketiga ini erat berhubungan, dalam arti, bahwa Roh Kudus yang bekerja oleh dan dalam Kristus itu adalah Roh Kudus yang sama, yang Yesus kirimkan kepada para murid. Hal ini jelas kita baca dalam Kisah Para Rasul 2:33: “Sesudah Ia (= Yesus) ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka Ia mencurahkan apa yang kamu lihat dan dengar di sini”.
 
Roh Kudus, yang dicurahkan pada hari raya Pentakosta di Yerusalem – menurut nas ini – adalah Roh Kudus yang dikirimkan Yesus yang berada dalam kemuliaan. Oleh Roh Kudus ini pekerjaan Jemaat tidak dapat dipisah-pisahkan dengan pekerjaan Yesus.
 
 
Bagi Lukas, waktu yang Allah berikan kepada Jemaat sesudah “Yesus terangkat ke sorga” (Luk 24-51; bnd Kis 1:9) adalah waktu-pekabaran injil. Mungkin karena itu Lukas – berbeda dengan Matius (4:17) dan Markus (1:15) – tidak memuat pemberitaan tentang telah mendekatnya Kerajaan Allah. Hal ini kita temui lagi dalam pemberitaan tentang kedatangan Anak Manusia (Luk 21; Mat 24 dan Mrk 13).
 
LUKAS 1:35
MATIUS 1:18
Dan apabila kamu mendengar ten-tang peperangan dan pemberon-takan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti, bahwa kesudahannya akan segera datang.
Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah, jangan kamu gelisah, sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya.
 
Dilihat sepintas lalu kedua nas ini tidak berbeda. Keduanya berkata-kata tentang tanda-tanda – peperangan, deru peperangan, pemberontakan dan lain-lain – yang mendahului kedatangan Anak Manusia. Tetapi kalau kita membacanya dengan lebih teliti nyata, bahwa apa yang dikatakan oleh keduanya itu tidak sama. Lukas 21:9 katakan, bahwa tanda-tanda itu bukanlah tanda-tanda yang mengatakan, bahwa kesudahannya “akan segera datang”. Matius 24:6 – dan Markus 13:7 – sebaliknya hanya mengatakan, bahwa tanda-tanda itu “belum” merupakan kesudahannya.
 
Dengan ungkapan “tidak akan segera datang,” Lukas mau menekankan, bahwa terus berlangsungnya sejarah adalah waktu pekabaran-injil: waktu yang Allah berikan kepada Jemaat untuk “menyampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem” (Luk 24:47; bnd Kis 1:8).
oooOooo
 

 

 
© Gereja Rumah Indonesia
 
Gereja Rumah Indonesia
Contact Person: Sdr. Gogona
Email: grumah@gerejarumahindonesia.org
 
About  |   Visi  |   Misi  |   Disclaimer