1. PENULIS INJIL LUKAS

_oOo_
 

a. Penulis

Menurut tradisi gerejawi lama, penulis Injil ketiga ialah Lukas. Kesaksian yang paling tua dari tradisi itu berasal dari Irenaeus (abad ke-II). Dalam kesaksiannya, ia katakan, bahwa Lukas, kawan-sekerja rasul Paulus, yang menyusun Injil yang diberitakan oleh rasul Paulus.
 
Kesaksian tua yang lain terdapat dalam Kanon Muratori (= suatu daftar dari kitab-kitab Perjanjian Baru pada akhir abad ke-II). Di situ dikatakan, Lukas – yang adalah dokter dan yang menemani rasul Paulus dalam berbagai perjalanan pekabaran Injil – yang menulis Injil ketiga berdasarkan pandangan rasul Paulus.
 
Selain dari pada kedua kesaksian ini ada lagi kesaksian-kesaksian lain – a.l Klemens dari Alexandria, Eusebius dan Hieronymus – yang menyebut Lukas sebagai penulis Injil ketiga.
 
  • Kesaksian, bahwa Lukas menemani rasul Paulus dalam berbagai perjalanan pekabaran Injil, didasarkan atas Kisah Para Rasul, di mana beberapa kali dipakai bentuk “kami” (16:10-17; 20:5-21; 27:1-28:16). Dari nas-nas ini nyata, bahwa penulis sendiri terlibat dalam kejadian-kejadian yang ia beritakan di situ.
     
  • Ada ahli Perjanjian Baru yang tidak setuju dengan hal ini. Menurut mereka penulis telah mengambil-alih bagian-bagian dari suatu “buku-harian” (yang ditulis oleh seorang pengarang lain) dan menggunakannya dalam cerita yang ia tulis. Bentuk “kami” – menurut ahli-ahli itu – tidak katakan apa-apa tentang penulis. Bentuk itu hanya menunjuk kepada pengalaman-pengalaman orang lain.
     
  • Kebanyakan ahli Perjanjian Baru tidak setuju dengan pendapat ini, terutama karena gaya-bahasa dari bagian-bagian yang disangsikan itu (lih. nas-nas di atas!) sama dengan gaya-bahasa dari bagian-bagian lain dari Kisah Para Rasul.
     
  • Sesuai dengan tradisi gerejawi lama, ahli-ahli ini – juga berdasarkan hasil penelitian-penelitian lain – berpendapat, bahwa penulis Injil ketiga (dan Kisah Para Rasul) ialah Lukas.
     
  • Bukan saja dari Kisah Para Rasul, juga dari surat-surat rasul Paulus nyata, bahwa antara dia dan Lukas terdapat hubungan yang erat (bnd. Kolose 4:14, rasul Paulus menyebut Lukas “yang kekasih” dan 2 Timotius 4:11, yang mengatakan bahwa “hanya Lukas yang tinggal dengan rasul Paulus” selama pemenjaraannya yang terakhir).
 

b. Penulis adalah dokter

Di atas dikatakan, bahwa menurut tradisi gerejawi lama, Lukas adalah dokter. Hal ini didasarkan atas surat-surat rasul Paulus. Dalam Kolose 4:14, yang kita kutip di atas, kita membaca: “Salam kepadamu dari dokter Lukas yang kekasih dan dari Demas.” Selain dari pada itu dari Injilnya (dan dari Kisah Para Rasul) nyata, bahwa Lukas menguasai bahasa medis. Kita berikan beberapa contoh.
 
LUKAS 4:38
MARKUS 1:30
 
Ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta Yesus untuk menolong Dia.
Ibu mertua Simon berbaring karena sakit demam. Mereka segera memberitahukan keadaannya kepada Yesus.
 
Dalam berita ini Markus katakan, bahwa ibu mertua Simon berbaring karena ia “sakit demam”. Menurut Lukas, ibu mertua Simon itu “demam keras”. Untuk “demam keras” ini ia – dalam bahasa Yunani – memakai suatu istilah yang khas medis (= puretos). Kita berikan lagi suatu contoh lain:
 
LUKAS 5:12
MARKUS 1:40
 
Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta. Ketika ia melihat Yesus, bersungkurlah ia dan memohon: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat menyembuhkan aku”.
Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus dan sambil berlutut dihadapanNya ia memohon bantu-anNya, katanya: “Kalau Tuan mau, Tuan dapat menyembuhkan aku”.
 
Juga dalam berita ini Markus hanya katakan, bahwa orang itu “sakit kusta.” Lukas sebaliknya lebih cermat dalam pemberitaannya. Ia katakan, bahwa orang itu “penuh kusta.” Dengan ungkapan ini ia bukan saja mau mengatakan, bahwa orang yang datang kepada Yesus itu menderita penyakit kusta, tetapi ia mau menerangkan perkembangan (proses) penyakit itu. Untuk ungkapan “penuh kusta” ia – dalam bahasa Yunani – memakai suatu istilah medis (= pleres lepra) yang menyatakan, bahwa penyakit itu telah mencapai suatu stadium yang tertentu.
 
Selain dari pada kedua contoh ini kita juga dapat menyebut nas-nas lain, di mana nyata bahwa Lukas bukan saja menguasai bahasa medis, tetapi juga mempunyai pengetahuan di bidang kedokteran. Umpamanya Lukas Markus 8:43-48. Di situ dikatakan, bahwa ketika seorang perempuan – yang telah dua belas tahun menderita perdarahan menjamah jumbai Yesus, “terhentilah perdarahannya” (bnd. Markus 5:23-34 yang mengatakan – dalam bahasa Yunani – bahwa ketika perempuan itu menjamah jubah Yesus, “keringlah sumber darahnya”). Dilihat dari sudut medis perkataan Lukas lebih tepat dari perkataan Markus.
 
Juga caranya Lukas dan Markus menceritakan penyembuhan perempuan itu tidak sama. Cerita Markus jauh lebih panjang dari cerita Lukas. Secara terperinci Markus memberitahukan bahwa perempuan itu telah berulang-ulang diobati oleh banyak dokter, sehingga miliknya telah habis ia pakai untuk itu, tetapi bahwa penyakitnya itu bukan saja tidak sembuh, malahan bertambah parah. Lukas – yang adalah seorang dokter – tidak menceritakan semua itu.
 
  • Menurut ahli Perjanjian Baru istilah-istilah medis, yang Lukas pakai dalam tulisannya, tidak dapat kita pakai sebagai bukti untuk mengatakan, bahwa Lukas adalah seorang dokter, sebab istilah-istilah medis dipakai juga oleh orang-orang lain yang bukan dokter dalam karangan-karangan mereka pada waktu itu, seperti Flavius Yosefus, seorang penulis sejarah yang berkebangsaan Yahudi.
     
  • Kita haruslah mengakui hal itu. Sungguhpun demikian dari perbandingan-perbandingan di atas (antara nas-nas, di mana Lukas bukan saja memakai istilah-istilah, tetapi juga memakai formulasi-formulasi medis, dan nas-nas yang sama yang di pakai oleh Markus), nyata dengan jelas, bahwa istilah-istilah dan formulasi-formulasi medis itu sulit berasal dari seorang yang bukan dokter.
     
  • Di mana ia memperoleh pendidikan kedokterannya, kita tidak tahu. Pada waktu Lukas terdapat sekolah-sekolah kedokteran yang baik, a.l di Alexandria dan di Tarsus.
 

c. Penulis bukan orang Yahudi

Dari Kolose 4 – yaitu nas yang telah beberapa kali kita kutip – nyata, bahwa Lukas bukan orang Yahudi. Hal itu jelas kita baca dalam ayat 10-14 dari pasal ini. Di situ rasul Paulus katakan: “Salam kepada kamu dari Aristarkhus, temanku sepenjara dan dari Markus kemenakan Barnabas – tentang dia kamu telah menerima pesan; terimalah dia kalau dia datang kepadamu – dan dari Yesus yang dinamai Yustus. Hanya ketiga orang ini dari antara mereka yang bersunat yang menjadi temanku sekerja untuk Kerajaan Allah.... Salam dari Epafras.... Salam juga kepadamu dari dokter Lukas yang kekasih dan dari Demas.“
 
 
Tradisi gerejawi lama mengatakan, bahwa Lukas berasal dari Antiokhia. Dalam salah satu tulisannya Eusebius katakan: “Menurut keturunannya, Lukas berasal dari Anthiokia. Ia seorang dokter dan banyak bergaul dengan rasul Paulus. Dengan rasul-rasul yang lain ia juga mempunyai hubungan.“ Menurut tradisi ini Lukas – yang tidak pernah kawin – meninggal dunia dalam usia 84 tahun di Yunani.
 
 

d. Maksud Injil ini

Maksud Injil ketiga ini dengan jelas penulis kemukakan dalam pasal 1:1-4: “Theofilus yang mulia! banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang hal-hal yang telah terjadi di antara kita (atau: kami?), seperti yang disampaikan kepada kita (atau: kami) oleh mereka yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, sesudah aku dengan seksama menyelidiki segala hal itu dari asal mulanya maka aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagi tuan, supaya tuan dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepada tuan sungguh benar”.
 
Dari nas ini nyata, bahwa yang penulis maksudkan dengan tulisan atau bukunya ialah: memberikan kepada Theofilus – sebagai penjelasan atau pengajaran lanjutan – suatu ikhtisar yang teliti dan yang dapat dipercayai tentang perbuatan-perbuatan dan ajaran Yesus Kristus.
 
Siapakah Theofilus ini, kita tidak tahu dengan pasti. Ia mungkin seorang yang berpengaruh dan mempunyai kedudukan yang terhormat dalam masyarakat. Hal itu nyata dari sapaan “yang mulia“. Kita juga tidak tahu dengan pasti berapa banyakkah yang telah ia ketahui tentang berita Injil. Dalam akhir nas di atas kita membaca: “....supaya tuan dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepada tuan sungguh benar”. Apakah yang Lukas maksudkan dengan kata-kata ini? Jawaban yang diberikan oleh para ahli atas pertanyaan ini tidak sama.
 
Ada yang katakan, bahwa waktu Lukas menulis Injil ini, Theofilus telah menerima semacam pengajaran ketekisasi. Maksud Lukas dengan tulisan ini ialah untuk menambah dan melengkapi apa yang telah diajarkan kepada Teofilus itu. Tetapi ada juga yang berpendapat lain. Mereka tidak seratus prosen setuju dengan pendapat di atas. Menurut mereka Theofilus pada waktu itu belum menjadi orang Kristen. Ia memang mempunyai interesse terhadap berita Injil, tetapi informasi yang ia peroleh tentang berita Injil itu tidak benar. Karena itu Lukas menulis Injil ini baginya. Maksudnya ialah, untuk membantah (= menyanggah) informasi-informasi yang salah itu.
 
Selain dari pada kedua pendapat ini ada lagi pendapat ketiga yang dianut oleh ahli-ahli lain. Menurut mereka kata-kata Lukas di atas tidak boleh kita hubungkan dengan pengajaran katekisasi atau dengan informasi yang salah, yang telah diterima oleh Theofilus, tetapi harus kita tafsirkan sebagai suatu informasi dalam arti umum dari Lukas kepada Theofilus. Pendapat ini mereka terutama dasarkan atas sapaan formal – “Theofilus yang mulia” – yang Lukas pakai. Mereka mengakui bahwa Theofilus mungkin mempunyai interesse terhadap berita Injil, tetapi ia belum menjadi Kristen dan karena itu belum mengetahui apa-apa tentang berita Injil.
 
Umumnya orang berpendapat, bahwa Injil ini tidak ditulis untuk orang-orang Yahudi. Dengan perkataan lain: Theofilus pasti adalah orang kafir atau orang Kristen yang berasal dari bangsa kafir. Kepadanya Injil ini “dipersembahkan,“ mungkin juga dengan maksud supaya berita yang terkandung di dalamnya ia sampaikan kepada kalangan yang lebih luas. Maksudnya: kepada orang-orang yang – sama seperti dia – juga mempunyai interesse terahadap berita Injil. Pendapat ini cukup mempunyai alasan. Sebab dalam Injil ini jelas terdapat motif missioner, sekalipun tidak sama jelasnya dengan bukunya yang kedua, yaitu Kisah Para Rasul.
 
Di mana Theofilus berdiam kita tidak tahu dengan pasti. Banyak orang menduga di Roma. Hal itu mereka dasarkan atas Kisah Para Rasul yang “dipersembahkan” juga kepada Theofilus (1:1). Kisah Para Rasul ini berakhir dengan uraian tentang tibanya rasul Paulus di kota Roma (28:11-16) dan tinggalnya di sana selama dua tahun (28:30). Rupanya di situ Lukas berkenalan dengan Theofilus: seorang warganegara Romawi yang terhormat.
 

e. Waktu Injil ini ditulis

Menurut banyak ahli Perjanjian Baru, Injil ini ditulis antara tahun 70 dan 80. Pendapat ini mereka dasarkan atas beberapa hal.
 
Pertama: Mereka katakan, bahwa antara bahan-bahan yang penulis selidiki dan pakai untuk Injilnya ini – bandingkan apa yang ia katakan dalam Lukas 1:1-3 – mungkin terdapat juga bahan-bahan dari Injil Markus. Karena Injil Markus ini di tulis sesudah tahun 70, telah pasti Injil Lukas tidak mungkin di tulis sebelum tahun itu.
 
Kedua: Berdasarkan studi mereka – dan studi-studi lain – mereka memastikan, bahwa sebelum tahun 70 tidak ada Injil-Injil lain.
 
Ketiga: Menurut mereka, Lukas 21:20-24 menunjuk kepada jatuhnya Yerusalem pada tahun 70. Itu berarti, bahwa Injil ini baru ditulis sesudah waktu itu.
 
  • Mungkin perbandingan antara Lukas 21:20-24 dengan Matius 24:15-21 dan Markus 13:1-23 dapat membantu kita untuk menetapkan bilamana Injil ini ditulis.
     
  • Ketiga Injil ini berkata-kata tentang pemusnahan Yerusalem. Ungkapan-ungkapan yang mereka pakai untuk hal itu tidak sama. Matius dan Markus berkata-kata tentang “siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia” (Mat. 24:21; Mrk 13:19). Lukas lebih konkrit. Menurut dia Yerusalem akan dikepung oleh tentara-tentara musuh (21:20).
     
    Selain dari pada itu, ia juga katakan, penduduk Yerusalem “akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa,“ sementara kota itu “akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah” (21:20).
     
    Apa yang Matius dan Markus katakan tentang siksaan dahsyat mengingatkan kita kepada apa yang nabi Daniel katakan tentang penajisan dan pemusnahan (9:27; 11:31; 12:11). Yang mereka utamakan dalam berita mereka ialah penajisan Bait Allah oleh bangsa-bangsa kafir. Yang sentral dalam kesaksian Lukas bukanlah kenajisan Bait Allah, tetapi pemusnahan kota Yerusalem dan penawanan penduduknya ke negeri asing.
     
  • Bagaimanakah ketiga kesaksian ini harusnya kita pahami? Mungkin seperti berikut. Dalam Injil Matius dan Markus, Yesus – dengan menggunakan nubuat nabi Daniel – berkata-kata tentang pemusnahan yang Yerusalem akan alami. Kata-kata yang dicatat oleh Matius dan Markus ialah kata-kata yang diucapkan oleh Yesus tentang apa yang akan terjadi.
     
    Sebaliknya apa yang dicatat oleh Lukas ialah bukan apa yang akan terjadi, tetapi apa yang telah terjadi, namun dalam bentuk nubuat, seolah-oleh apa yang diberitakan itu belum terjadi. Maksud Lukas dengan kesaksiannya itu ia hendak mengatakan, bahwa apa yang orang-orang alami pada waktu Yerusalem dimusnahkan pada tahun 70, itulah yang dimaksudkan oleh Yesus dalam “khotbahNya” tentang apa yang akan terjadi dengan Yerusalem.
     
    Jadi waktu Injil ini ditulis ialah waktu dari generasi kedua. Yaitu waktu, di mana makin terasa perlunya cerita-cerita lisan (= tradisi) tentang hidup dan pekerjaan Yesus ditulis dan dibukukan, sehingga berita Injil – atas jalan yang dapat dipercayai – dapat digunakan oleh Jemaat, baik bagi dirinya sendiri, maupun bagi pekerjaan missionernya.
 
oooOooo
 
 

 
© Gereja Rumah Indonesia
 
Gereja Rumah Indonesia
Contact Person: Sdr. Gogona
Email: grumah@gerejarumahindonesia.org
 
About  |   Visi  |   Misi  |   Disclaimer